Dalam rangka pesta nama santo pelindung lingkungan, lingkungan St Matius mengadakan Anjangkasih ke Domus Pacis (Wisma Damai) St Petrus Kentungan. Ini adalah tahun ke-24 bagi lingkungan St Matius untuk berpesta nama dan merupakan tahun pertama setelah pemekaran lingkungan. Di Domus Pacis ada 14 romo sepuh yang karena usia dan keterbatasan fisik sudah tidak mampu lagi melayani umat di paroki. Ada yang masih aktif meskipun duduk di kursi roda tetapi ada juga yang karena sakit hanya bisa berbaring di tempat tidur. 13 orang karyawan yang ikut melayani romo-romo di tempat itu ada yang beragama Katolik, ada juga yang beragama Islam. Semua tetap melayani dengan sukacita tanpa memandang label kepercayaan yang mereka anut.
Hari Minggu ke-2 di bulan Oktober 2023 tepatnya tanggal 8, umat lingkungan St Matius mengadakan Anjangkasih ke Domus Pacis. Sejak pukul 07.30 WIB, 70 umat lingkungan St Matius sudah berkumpul di pendopo rumah Paulus Wahyudi. Setelah koordinasi dan berdoa bersama, pukul 08.00 WIB umat mulai bergerak ke Domus Pacis. Ada sekitar 11 mobil milik umat yang digunakan sebagai sarana transportasi. Karena acara akan dimulai pukul 09.00 WIB maka sebelum pukul 09.00 WIB, umat lingkungan St Matius sudah tiba di Domus Pacis. Memasuki area Domus Pacis, kami disambut oleh rindangnya pepohonan yg membuat suasana teduh dan udara terasa sejuk di pagi yang cukup panas itu. Setelah disambut oleh salah seorang karyawan disana, kami dipersilahkan untuk segera menuju ke tempat yang telah disediakan. Sebuah ruangan cukup luas semi terbuka yang menjadi tempat pertemuan, berdekatan dengan kamar-kamar para romo sepuh, dengan sirkulasi udara yang cukup dan ditimpali suara gemericik air yang jatuh kedalam kolam yang terletak dipinggir ruangan.
Sungguh menyenangkan berada di dalam gedung yang terlihat bersih, tenang, sejuk dan nyaman. Sesuai dengan namanya Domus Pacis yang berarti Rumah Kedamaian, memang terasa damai berada didalamnya. Ada tersedia banyak kursi yang bisa kami gunakan untuk duduk. Kami disambut oleh para romo sepuh yang tidak semuanya bisa turut hadir di ruangan tersebut karena alasan tertentu. Acara dibuka oleh Theresia Bertanti Ayu Paramitha sebagai pembawa acara dengan salam pembuka dan pemberitahuan susunan acara, dilanjutkan doa pembuka oleh Antonius Wakhid Nurcahyo, prodiakon lingkungan St Matius. Kemudian kata sambutan oleh Paulus Wahyudi wakil dari Lingkungan St Matius, yang menjelaskan dan bercerita mengapa kami berkunjung di tempat itu. Sementara dari Domus Pacis sambutan diwakili oleh Romo Bambang, Pr. Romo yang masih terlihat energik meskipun duduk di kursi roda ini sangat menghibur dengan cerita-ceritanya. Masuk ke acara ramah tamah, anak-anak PIA lingkungan St Matius tampil di depan romo-romo sepuh dan seluruh umat yang hadir. Mereka mempersembahkan 3 gerak dan lagu diiringi petikan gitar Philipus Pangestu Wibowo dan Emmanuel Wijoputro. Anthonia Divina, Stephany Frahma Safitri, dan Damiana Wijosari sebagai pendamping PIA memimpin gerakan gerak dan lagu di depan sehingga anak-anak PIA bisa dengan mudah menirukan. Lagu “Aku Diberkati”, “Laskar Kristus” dan “Dengar Dia Panggil Nama Saya” dinyanyikan dengan semangat dan penuh sukacita oleh anak-anak PIA.
Setelah persembahan lagu dari anak-anak PIA, umat yang lain pun tak mau kalah. Semua umat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua juga mempersembahkan lagu untuk para romo sepuh. Lagu “Srengenge Nyunar” dinyanyikan bersama- sama dengan riang, setelah itu lanjut ke lagu ke-2 dan ke-3 “Bila Roh Allah Ada” yang dimedley dengan lagu “O Betapa Indahnya”. Dengan dipimpin oleh FX. Endy Subroto, pada 2 lagu terakhir, semua umat ikut bernyanyi dan menari bersama. Tidak ada wajah lelah tetapi semua tampak sumringah. Keseruan berlanjut dengan makan snack bersama sambil tanya jawab dengan para romo sepuh. Romo pun antusias menjawab pertanyaan dari umat lingkungan St Matius. Acara siang itu ditutup dengan doa penutup oleh prodiakon Bonifasius Boni Kustowo. Kebersamaan selama 2 jam di Domus Pacis terasa singkat. Setelah berfoto bersama dan saling berjabat tangan dengan para romo, umat lingkungan St Matius undur diri dari tempat tersebut membawa kenangan yang tidak akan terlupakan karena berbagi sukacita itu membuat jiwa manusia berbahagia.