Keuskupan Agung Semarang menetapkan Bulan Mei 2024 sebagai Bulan Katekese Pendidikan. Ada 4 tema yang diangkat sebagai bahan permenungan. Tema yang pertama yaitu “Karakteristik anak-anak generasi Z dan model-model pendampingannya”, tema yang kedua “Keluarga dan sekolah Katolik : Habitus dan Locus perkembangan Iman Katolik dan Karakter Anak. Sedangkan tema yg ketiga yaitu “Sekolah sebagai formasi iman dan pewartaan” dan tema yang keempat “Paroki dan komunitas Kristiani yang hidup dari dan untuk menghidupi sekolah Katolik”.
Umat di lingkungan ataupun wilayah bahkan paroki bisa saling sharing tentang pendidikan, terutama pendidikan di sekolah-sekolah Katolik. Rabu malam, 26 Juni 2024 umat lingkungan St Matius mengadakan sarasehan tentang pendidikan. Karena situasi dan kondisi, 4 tema yang seharusnya 4 kali pertemuan, dirangkum menjadi 1 dan dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Antonius Wakhid Nurcahyo, pemandu pertemuan pada malam hari itu, mengawali dengan prakata tentang sarasehan pendidikan yang akan segera disharingkan bersama. Dan dengan iringan musik gitar dari Philipus Pangestu Wibowo, “Limpahkan Kasih-Mu” sebagai lagu pembuka dinyanyikan semua umat yang hadir dengan penuh syukur karena Tuhan berkenan untuk melimpahkan kasih-Nya sehingga umat lingkungan St Matius bisa berkumpul kembali di malam itu untuk bersama bersekutu, memuji dan memuliakan Tuhan.
Sebelum mulai sharing, doa pembuka didaraskan oleh Antonius Wakhid. Selanjutnya prodiakon di lingkungan St Matius tersebut mengajak 50 an umat yang hadir untuk meyerukan yel-yel yang menambah semangat. Ada 2 pertanyaan pemantik yang akan disharingkan. Pertanyaan pertama ditujukan kepada anak-anak dan pertanyaan yang kedua ditujukan kepada orang tua, terutama orang tua yang masih mempunyai anak usia sekolah. Ada beberapa anak yang menjawab pertanyaan tentang “Apa yang diharapkan anak-anak dari orang tua untuk mendukung dalam pendidikan/bersekolah?” Ada anak yang menjawab bahwa mereka ingin selalu ditemani saat belajar, mengharapkan orang tua yang sabar dalam mendampingi mereka belajar dan lain sebagainya.
Pada pertanyaan “Apakah sebagai orang tua kita sudah hadir untuk mendengarkan anak-anak kita serta memberikan respon tepat dan lebih membuka diri untuk memahami anak-anak kita?” Ada 4 perwakilan orang tua yang menjawab. Dalam hal ini, orang tua lebih cenderung untuk “menuruti” apa kemauan dari anak-anak mereka, tentunya kemauan yang positif, jadi lebih bersifat mengarahkan apa yang terbaik untuk mereka. Komunikasi dua arah juga sangat penting agar anak dan orang tua bisa saling memahami demi kemajuan pendidikan anak. Lebih lanjut Antonius Wakhid menegaskan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun demikian dalam konteks jaman ini, pendidikan Katolik harus melibatkan keluarga-keluarga, guru-guru bahkan romo paroki beserta komunitas-komunitas yang ada. Bagi gereja, pendidikan adalah wajah gereja di tengah dunia.
Acara sharing tentang pendidikan di Rabu malam itu ditutup dengan doa penutup dan kembali alunan musik gitar mengiringi semua umat yang hadir untuk memuji Tuhan dengan lagu “Nafas Iman” yang dijadikan sebagai lagu penutup. Sebelum pulang ke rumah masing-masing, umat lingkungan St Matius makan malam bersama berupa nasi soto.
Catatan: Liputan oleh Damiana Wijosari Pusoko dan foto oleh Philipus Pangestu Wibowo.