KOMSOS-GMMK. Pada hari Senin Legi, tanggal 25 Maret 2024, pukul 17.40 WIB, Cicilia Susilah berpulang, menyusul suaminya yang telah berpulang kurang dari 1 tahun sebelumnya. Kepergian ini membawa campuran perasaan sedih atas kehilangan namun juga rasa syukur atas kesempatan untuk memulai kehidupan baru. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Ayub 1:21, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan,” pengalaman ini merupakan pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini sementara.
Umat Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir, dengan kerjasama yang erat, turut serta membantu keluarga Robertus Bambang Yuswantara, keponakan Cicilia Susilah, untuk memastikan prosesi pemakaman berjalan dengan lancar. Setelah jenazah dimandikan dan diurus di rumah sakit Panti Rini, sebuah doa tuguran diadakan pada malam harinya dihadiri oleh 30 umat yang dipimpin oleh RB Maryanto, seorang prodiakon setempat.
Pada hari Selasa, 26 Maret 2024, pukul 11.00 WIB, sebuah Misa Requiem diadakan untuk memperingati kepergian Cicilia Susilah. Sebanyak 100 umat Katolik dari wilayah Berbah dan sekitarnya hadir dalam misa tersebut yang dipimpin oleh Romo Atanasius Hardinus Roga, Pr., seorang imam yang bertugas di Projo Kupang, Yogyakarta. Dalam khotbahnya, Romo Atanasius mengajak semua untuk mengenang kebaikan yang ditinggalkan oleh almarhum dan meneruskannya, dengan harapan agar kita semua siap saat panggilan Tuhan tiba.
Setelah misa selesai, jenazah disiapkan untuk diberangkatkan menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Sambutan dari wakil keluarga, ucapan belasungkawa, penyerahan akta kematian oleh pemerintah Kalitirto Berbah, dan doa pemberangkatan jenazah oleh RB Maryanto mengawali prosesi pemberangkatan tersebut. Rangkaian upacara pemakaman berlangsung lancar, dengan cuaca yang cerah memberikan dukungan tambahan.
Pada malam harinya, doa memule diadakan untuk memperingati 3 hari dan 7 hari sejak kepergian Cicilia Susilah. Kehadiran dan dukungan penuh dari umat lingkungan serta masyarakat sekitar memberikan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan dalam menghadapi masa berkabung mereka.
Semoga kepergian Cicilia Susilah menjadi pengingat bagi kita semua akan kebersamaan dalam kesedihan dan kegembiraan, serta kepentingan untuk selalu siap menghadapi panggilan Tuhan.