Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2018 – Hari ke – 20
-Merenungkan-
Peran Roh Kudus dalam Doa-doa Berkat
Saat upacara pemberkatan rumah baru, Imam yang memimpin doa itu mengucapkan rumusan doa berkat yang bagus dan indah, yang antara lain menyebutkan: “…curahkanlah Roh Kudus-Mu, ya, Bapa, kepada keluarga ini,
agar hidup mereka diliputi buah-buah Roh Kudus sendiri: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri; dan berkat Roh Kudus itu pula semoga hidup mereka menjadi cahaya Kristus bagi masyarakat di sekitarnya ….”
Ada seorang OMK yang sangat tersentuh dengan doa ini, dan berniat bahwa kalau sudah berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri nantinya, ia akan memohon Rama mendoakan hal yang sama.
Doa-doa berkat yang baik memang selalu menyebut Roh Kudus. Itulah yang dikenal dengan doa epiklese, yaitu doa permohonan kepada Allah agar mencurahkan Roh Kudus untuk menyucikan orang atau benda yang dimohonkan berkat.
Saat Misa Kudus, pas Doa Syukur Agung, kita juga mendengar Imam mengucapkan doa epiklese ini, seperti misalnya: “Maka kami mohon kuduskanlah persembahan ini dengan pencurahan Roh-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus”.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Roh Kudus yang mengajar Gereja dan mengingatkan segala sesuatu yang telah Yesus katakan, juga mendidiknya dalam kehidupan doa. Di dalam kerangka bentuk-bentuk yang tetap sama yakni berkat, permohonan, syafaat, ucapan terima kasih, dan pujian.
Roh membangkitkan cara-cara ungkapan baru” (KGK 2644). Pada Hari Raya Pentakosta ini, kita bersyukur atas
Roh Kudus yang dicurahkan Allah Bapa melalui Kristus kepada Gereja. Dalam liturgi dan peribadatan, Roh Kudus
ini menjamin bahwa orang atau benda itu sungguh-sungguh disucikan dan diberkati oleh Allah sendiri dan bukan oleh daya upaya manusiawi.
Istilah lainnya, Roh Kudus menjauhkan kita dari kemungkinan bahaya magis yaitu pandangan yang menggeser tempat sentral Allah, dan sebaliknya meletakkan daya berkat berasal dari angka, waktu, simbol, mantra tertentu, dan seterusnya, yang bukan Allah.