Selamat datang anak-anak manis. Silakan… silakan… langsung masuk saja!” Suara teduh seorang Kakek dengan lembut menyambut kedatangan kami. Aku dan teman-temanku hanya mengangguk dan langsung masuk tanpa mengerti apapun. Otak kami terlanjur takjub dan terlampau kecil untuk memahami keindahan di depan mata kami. “Pasti ada arena bermain yang keren-keren di dalam sana,” pikirku. Namun demikian, kenapa ibuku sepertinya tidak rela aku berada di sini. Iya, aku ingat, beberapa waktu sebelumnya, ibuku, mama Rachel menangis sejadi-jadinya. Ibuku berteriak-teriak kenapa aku secepat itu pergi. Ibu bilang dia sangat kehilangan aku. Padahal aku tidak kemana-mana. Aku hanya ke tempat yang sangat indah ini. Bersama teman-temanku pula. Otak kecilku lagi-lagi sungguh tidak memahaminya.
Belakangan aku akhirnya paham juga. Dari kasak-kusuk yang kudengar di rumah besar itu, aku jadi tahu bahwa ternyata si Kakek yang menyambut kami itu adalah Orang Hebat. Dia disebut sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta beserta isinya, termasuk rumah besar itu. Orang-orang memanggil Dia, Bapa. Tempat yang menakjubkan itu namanya surga. Orang-orang itu bilang, hanya mereka yang hidupnya suci yang layak tinggal di rumah itu. Apa maksudnya ini? Kalau begitu aku dan teman-temanku juga orang suci? Kok bisa?
Aku pun pada akhirnya menemukan penjelasannya. Begini, katanya ada Seorang Raja Damai yang bernama Yesus. Dia keturunan Daud, raja Israel yang hebat dan terkenal itu. Sang Raja Damai ini dilahirkan di kandang domba karena tidak ada tempat yang lebih layak bagi ibu-Nya, Maria untuk melahirkan Dia. Kelahiran Sang Raja ini mengancam posisi raja Herodes yang sedang berkuasa di daerah itu. Maka, demi mengamankan posisinya, Herodes memerintahkan supaya membunuh semua anak kecil yang berusia dua tahun ke bawah. Dengan cara itu Herodes berpikir bahwa Sang Raja yang baru dilahirkan itu akan ikut dibunuh. Sayangnya dia salah perhitungan. Untuk menghindari tindakan kejam raja yang haus kekuasaan itu, Sang Raja lalu diamankan ke Mesir oleh kedua orangtua-Nya di bawah perlindungan utusan surga. Dia selamat tetapi aku dan teman-temanku yang seusia dengan-Nya bernasib sebaliknya. Kami menjadi korban kekejaman Herodes. Tetapi pengorbanan kami mendapatkan imbalannya. Orang yang dipanggil Bapa itu mengganjari kami dengan pahala hidup bahagia bersama-Nya sampai selama-lamanya di surga. Kata-Nya kami telah menjadi laskar-laskar kecil untuk menjadi perisai, pelindung Sang Raja. Nyawa kami dikorbankan demi menjadi tameng-Nya dari kekejian raja Herodes yang hendak membunuh Dia. Itulah sebabnya waktu kami tiba di tempat ini, Sang Kakek yang penuh kasih itu menyambut kami dengan sukacita.