KOMSOS-GMMK. Minggu pagi tanggal 28 November pukul 09.00 WIB terlihat anak anak remaja yang tergabung dalam kelompok PIR Theodosius mulai berdatangan di Kapel St.Theodosius Cupuwatu. Dengan tetap memakai masker, anak-anak usia remaja ini mulai memasuki kapel St Thedosius yang terletak di Dusun Cupuwatu 1. Tujuan mereka berkumpul bersama pada hari itu adalah untuk menonton bersama Acara Bina Iman Marganingsih Online atau yang biasa disingkat BIMO yang difasilitasi oleh para pendamping PIA/PIR Wilayah Theodosius melalui media YouTube.
Pada minggu pertama pertama adven ini, BIMO mengajak adik-adik kita untuk meneladani kekudusan hidup dari seorang Beato Carlo Acutis melalui video mengenai perjalanan hidup sang Beato. Dalam masa hidupnya yang terbilang singkat Carlo Acutis yang dibeatifikasi pada tanggal 10 oktober 2020 menggunakan teknologi masa kini untuk memuliakan Tuhan, salah satunya dengan membuat situs web yang menampilkan mukjizat-mukjizat ekaristi yang terjadi dari seluruh dunia.
Selain itu, ada juga peragaan drama singkat yang diperankan langsung oleh adik-adik PIR dari Wilayah Theodosius. Mereka memainkan drama singkat mengenai hal-hal yang saat ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari akibat penyalahgunaan teknologi atau efek buruk jika seseorang kecanduan gawai. Ada 4 hal yang menjadi pokok dalam video BIMO dalam penyalahgunaan teknologi atau efek buruk dari seseorang yang kecanduan gadget yaitu pornografi, Misa Online, perundungan serta game online.
Dalam scene pertama tentang pornografi, diperlihatkan seorang anak yang menggunakan HP nya untuk membuka situs porno, dan tidak peduli nasihat dari temannya bahwa menonton pornografi bisa merusak otak. Lalu masuk scene kedua mengenai Misa Online, terlihat seorang anak yang walau diajak Misa Bersama ke gereja namun dia tetap enggan berangkat ke gereja dan lebih memilih untuk misa online di rumah. Masuk scene ketiga terlihat dua kubu remaja putri yang membuat kelompok- kelompok sendiri dan saling mengejek. Terakhir scene keempat mengenai Game Online. Di scene ini terlihat anak anak usia remaja sedang berkumpul dan bermain game online bersama, namun salah satu anak kehabisan kuota dan hendak membeli sesuatu melalui online. Akibat pengaruh dari teman main akhirnya si anak mengambil uang milik orangtuanya tanpa sepengetahuan untuk membeli kuota dan belanja online. Sangat seru melihat mereka beradu peran. Namun selain adegan yang tidak baik mereka juga membuat scene yang baik, kebalikan dari scene yang tidak baik. Para pendamping PIR berharap agar adik-adik yang menyaksikan BIMO bisa mendapatkan gambaran mengenai mana yang baik dan mana yang tidak baik dalam penggunaan teknologi atau gawai. Mereka juga menunjukkan bagaimana teknologi yang mereka gunakan bisa digunakan untuk memuliakan Tuhan, sama seperti yang dilakukan Beato Carlo Acutis.
Selama masa pembuatan video yang sebagian besar diambil di komplek sekolah Mangunan Cupuwatu adik-adik kita terlihat sangat antusias dan bersemangat. Banyak kelucuan serta keluguan yang terjadi selama prosesnya. Tidak mudah dalam proses membuat video BIMO kali ini. Yang pertama adalah membuat format acaranya, juga tema yang mau diangkat, namun semua itu dilakukan dengan penuh sukacita dan hal ini diamini oleh para pendamping PIR Theodosius. Kebetulan yang bertugas kali ini adalah anak-anak PIR maka para pembimbing wilayah Theodosius hendak mencari Santo atau santa yang ajarannya mudah diterima sesuai usia mereka.
“Kebetulan baru-baru ini ada Carlo Acutis yang baru di Beatifikasi, kami merasa tokoh ini cocok untuk bisa menjadi panutan untuk anak-anak remaja khususnya, karena Carlo Acutis sering disebut calon Santo Milenial,” ujar Florensia Sapty Rahayu yang biasa dipanggil Kak Sapty, salah satu pendamping PIR Wilayah Theodosius yang juga merupakan seorang dosen dari Universitas terkemuka di Jogja.
Dalam acara Nonton Bareng BIMO di kapel Theodosius kak Robert selaku MC juga membawakan diri dengan penuh riang dan jenaka sehingga acara nonton bareng terasa lebih “hidup” . Sesekali kak Robert melemparkan pertanyaan yang terkait video BIMO. Jumlah anak PIR yang ada di Wilayah Theodosius kurang lebih sebanyak 35 orang, dan hampir semua hadir dalam acara tersebut. Setelah doa penutup di video yang dibawakan oleh cynthia, lalu ada persembahan lagu yang dinyanyikan oleh Adik Arel bersama anak-anak PIR lainnya. Dan adik Nayo selaku host dalam video BIMO kali ini menutup pertemuan BIMO Minggu, tanggal 28 november 2021. Setelah video selesai kak Robert juga mengajak adik-adik PIR untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungannya. Selesai poto bersama acara nonton bareng BIMO di kapel ditutup dengan yel-yel khas PIR Theodosius.
“PIR THEODOSIUS….ON FIRE” (PIR Theodosius…. Selalu Bersemangat).
Terkadang kita berupaya untuk bisa mengajari anak-anak kita supaya mereka bisa bertindak baik atau berperilaku baik. Juga terkadang kita merasa ada anak-anak yang sangat susah dididik agar menjadi seperti yang kita harapkan walupun berulang kali kita nasihati. Mungkin ada saatnya kita bercermin melihat diri kita sendiri terlebih dahulu dan bertanya dalam hati bagaimana bisa kita mengajari anak – anak kita jika kita minta mereka melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak lakukan?
Liputan dan foto oleh Donald Maradona