Minggu, 2 Juni 2019 Gereja merayakan Hari Komunikasi Sedunia ke- 53. Tema yang diangkat dalam perayaan hari komunikasi sedunia pada tahun ini adalah “Kami adalah sesama anggota: dari Komunitas Maya ke Komunitas Nyata”.
Bertempat di Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo berlangsung perayaan ekaristi dalam Hari Komunikasi Sedunia dengan khidmat. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr. dan diiringi paduan suara dari Ibu-ibu Stasi Maguwo yang terlihat kompak dan apik dengan kebaya yang dikenakan.
Romo Dadang dalam homili menyampaikan bahwa di Hari Komunikasi Sedunia ini kita seluruh umat diajak untuk saling bersatu seperti pada dalam bacaan Injil (Yoh 17: 20-21) ”Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” dan untuk menjadi satu dengan Yesus serta Bapa kita harus mempunyai kasih karena dikutip pula dalam bacaan Injil Yoh 17 : 26 “Dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka”.
Romo Dadang berharap supaya umat merasa memiliki dan dimiliki sebagai umat stasi maguwo. Dan Romo Dadang dalam mengakhiri homilinya mengucapkan selamat kepada seluruh umat di Gereja Santa Maria Bunda Allah ini, dikarenakan pada tanggal 2 Juni 2019 merayakan 31 tahun berdirinya Stasi Maguwo.
Perayaan Hari Komunikasi Sedunia ke-53 berlangsung cukup khidmat, bahkan sebelum mengakhiri perayaan ekaristi dengan berkat penutup, diadakan pemotongan tumpeng oleh Romo Dadang selaku Romo Paroki kemudian potongan tumpeng diberikan kepada Albertus Arief Subyantoro. Selanjutnya bapak Albertus juga memberikan potongan tumpeng kepada ketua OMK Stasi Maguwo yaitu Gregorius Prasetyo.
Sekilas Tentang Gereja Santa Maria Bunda Allah Stasi Maguwo
Gereja Santa Maria Bunda Allah Stasi Maguwo merupakan salah satu wilayah pelayanan gerejawi yang berada dalam penggembalaan Paroki Santa Perawan Maria Ibu Rahmat Ilahi (Marganingsih) Kalasan, Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Keuskupan Agung Semarang (KAS). Sejak gedung gereja diresmikan oleh Mgr. J. R. Darmaatmadja, S.J. tanggal 2 Juni 1988, Paguyuban Umat Allah yang berada dalam wilayah pastoral Maguwo dengan menggunakan nama Bunda Allah, yang merujuk kepada Santa Maria Bunda Allah. Penggunaan nama Bunda Maria sebenarnya atas permintaan pemilik tanah sebelumnya, yakni Dahlia Djayeng Adisubroto. Dikarenakan gedung gerejanya berlokasi di wilayah Desa Maguwoharjo, maka disebut Gereja Bunda Maria Maguwo.
Gereja Bunda Maria Maguwo masuk dalam wilayah pelayanan pastoral Paroki Marganingsih Kalasan, dilayani oleh imam-imam Diosesan KAS. Sekretariat Stasi Maguwp beralamatkan di Jl. Anggrek no.06 Karangploso, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bersamaan dengan perubahan status “Stasi” Bunda Maria Maguwo menjadi sebuah Stasi Mandiri, kemudian Mgr Robertus Rubyatmoko memberikan sebuah nama baru yaitu, Santa Maria Bunda Allah, Maguwo.
Pada tanggal 1 Januari 2018 status dan nama baru tersebut diresmikan dalam Perayaan Ekaristi Kudus di Gereja Tyas Dalem Gusthi Yesus Macanan oleh Romo. FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr selaku Vikaris Jenderal KAS.
Berlokasi di Balai Desa Maguwoharjo, pada tanggal 15 Januari 1981, dilaksanakan serah-terima secara resmi lahan persil tersebut dari Ibu Dahlia Djayeng Adisubroto kepada penerima Kuasa Kepemilikan, yaitu Yayasan PGPM di Wilayah Gereja Perawan Maria Yang Tersuci Dari Kurnia Illahi di Kalasan, yang diwakili oleh bapak Gerardus Gunarto (Staff Keuskupan Agung Semarang), dan disaksikan oleh Lurah Desa Maguwoharjo, Camat Kecamatan Depok, Bupati Kabupaten Sleman dan Kepala Kantor Agraria Daerah Istimewa Yogyakarta.
Umat Wilayah Maguwo saat itu memiliki semangat yang tinggi untuk membangun infrastruktur guna meningkatkan pelayanan dan peningkatan kualitas iman umat. Setelah pembentukan Panitia Pembangunan, 10 Februari 1985, dilaksanakan peletakan batu pertama pada tanggal 10 Mei 1986. Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Bapak H. Samirin, Bupati Kabupaten Sleman, Mgr. J. R. Darmaatmadja, S.J., disaksikan oleh Bapak Imindi Kasmiyanto, Kepala Desa Maguwoharjo.
Dengan dorongan Roh Kudus, umat bergotong-royong membangun gedung gereja di atas tanah seluas 3,070 m2 dalam periode 1986 – 1988. Gedung gereja tersebut diresmikan dan diberkati oleh Mgr. J. R. Darmaatmadja, S.J. pada tanggal 2 Juni 1988. Sejak saat itu secara resmi menggunakan nama Gereja Bunda Maria, sekaligus sebagai Santa Pelindung. Dengan diberkatinya gedung gereja tersebut, para pengurus Dewan Wilayah Bunda Maria Maguwo mulai menyelenggarakan Perayaan Ekaristi pada setiap Hari Minggu di gereja ini. Pembangunan tahap ke dua untuk bagian Altar dan Sakristi dimulai pada tanggal 26 Mei 1988. Pembangunan tahap ke dua tersebut berhasil diselesaikan pada tanggal 13 September 1994.
Tahun 2010 dilaksanakan pembangunan gedung gereja sayap utara. Namun demikian, saat itu gedung gereja yang hanya bisa 700-an orang dipandang sudah tidak memberi kenyamanan bagi umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi Hari Minggu. Dengan persetujuan Pastor Kepala Paroki, tahun 2016 Dewan “Stasi” Bunda Maria Maguwo menambah kapasitas gedung gereja dengan membangun sayap selatan. Selain itu dilaksanakan renovasi Altar dan Sakristi.
***
Semoga dengan bertambahnya jumlah tahun yang telah dilalui oleh Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo membawa arah kebaikan dan kedewasaan iman bagi umat Katholik di wilayah Maguwo.
Proficiat dan Berkah Dalem.
Artikel & Gambar : Sdri. Monica