KOMSOS-GMMK. Panitia hari Raya Paskah Gereja Paroki Maria Marganingsih mempersiapkan perayaan Kamis Putih sesuai standar protokol kesehatan (prokes); melakukan pengecekan suhu tubuh, mencuci tangan, mengatur tempat duduk minimal 1 meter dan mendaftar umat yang hadir. Umat pun melaksanakan prokes dengan tertib dan taat. Beberapa petugas keamanan paroki tampak siaga di halaman parkir gereja. Mereka bersinergi dengan aparat pemerintahan dalam hal ini Polisi dan TNI untuk memperlancar arus kendaraan.
“Malam Perjamuan Terakhir yang kita rayakan dalam liturgi Kamis Putih patut menjadi bahan permenungan bersama. Malam Perjamuan Terakhir yang juga dikenangkan dalam Perayaan Ekaristi menjadi sumber dan puncak bagi kita orang-orang beriman. Dalam dan melalui Perayaan Ekaristi itulah karya penyelamatan Allah terus-menerus dihadirkan. Yesus nyata dalam Sakramen Mahakudus,” tutur Romo Andrianus Maradiyo, Pr.. Khotbah tersebut disampaikan pada perayaan Kamis Putih kedua di Paroki Maria Marganingsih, Kalasan, pukul 19.00 WIB (Rabu, 31/3/2021).
Menurut Romo Maradiyo, “Hal lain yang dapat dijadikan bahan permenungan dalam Malam Perjamuan Terakhir adalah sikap mengasihi dan melayani.” Romo Maradiyo mengajak seluruh umat untuk mengikuti teladan Yesus, ketika Ia mencuci kaki para murid. Dalam wujud yang sangat konkrit, tindakan Yesus dapat dilakukan dalam keluarga. Setiap anggota keluarga mencuci kaki satu dengan yang lainnya. “Para Gembala di paroki juga dapat mengikuti teladan Yesus, yaitu bertanggung jawab, doyan gawean, dan juga mempunyai sifat kebapakan; ngemong, ngomong, nggendong, dan mbopong,” lanjut Romo Maradiyo. Pada akhir homili, Vikep Kevikepan Yogyakarta Timur ini mengajak umat untuk meneruskan apa yang telah diwariskan Yesus kepada kita.
Romo Maradiyo mengapresiasi tingkat kehadiran dan keterlibatan umat Paroki Maria Marganingsih Kalasan serta kerjasama panitia dengan berbagai pihak. Umat menyambut ungkapan tersebut dengan tepuk tangan.
Dalam rangka pelaksanaan perayaan, para pengurus wilayah menyadari situasi yang terjadi akhir-ahkir ini terkait aksi-aksi kekerasan dan teror. Kondisi tersebut membuat beberapa umat mengurungkan niatnya untuk mengikuti misa secara offline. “Saya tidak merasa takut. Setelah masuk gereja, saya yakin pada langkah keamanan selama pelaksanaan ibadah,” ujar Ibu Nunuk Sriyatun, umat lingkungan Santo Mateus, Cupuwatu. ”Kita percayakan saja kepada TNI & POLRI. Jika kita ketakutan, maka para pelaku teror akan senang,” kata salah satu umat yang hadir pada saat misa. Stefanus Diego, siswa kelas 3 SD menyatakan senang karena dapat mengikuti misa pada malam itu.
“Kita tidak dapat menyalahkan umat jika mereka merasa takut dan khawatir pergi ke gereja secara tatap muka karena situasi yang terjadi belakangan ini. Namun, kita juga tidak bisa menjadikannya sebagai alasan untuk terus terbuai dalam kenikmatan misa online,” singgung Romo Maradiyo tentang hal itu.
Catatan: Liputan oleh Donald, foto oleh Dea