Inspirasi Injil Hari Ini.
Senin 14 Januari 2023
Mrk 2:18-22
Puasa Katolik.
Seorang umat dari salah satu denominasi Kristen yang telah diteguhkan menjadi seorang Katolik pernah sharing iman. Karena ia masih merasa canggung untuk menjalani ‘ritual’ pantang dan berpuasa di dalam Gereja Katolik yang belum pernah ia jalani.
Diceritakan bahwa di agamanya dahulu tidak ada tradisi berpantang dan berpuasa. Yang ia pahami bahwa berpuasa dan berpantang itu tidak perlu. Karena menurut dia, bahwa karya penyelamatan itu sudah ditanggung seluruhnya oleh Tuhan Yesus sendiri. Seakan dengan pantang dan puasa itu orang Kristen kurang percaya dengan karya penebusan Krustus. Itu yang ia terima dari pengajarnya dahulu. Lagi pula pantang dan puasa itu tidak alkitabiah, tidak ada aturan dalam Injil, katanya.
Bacaan Injil hari ini telah menjawab argumen bahwa puasa itu tidak alkitabiah dan tidak perlu. Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa setelah ‘Sang Mempelai’ – yaitu Tuhan Yesus sendiri tidak bersama para murid, saat itulah para murid perlu menjalani puasa.
Dengan berpuasa kita ‘menyalibkan’ diri kita dengan mengorbankan kesenangan duniawi demi sedikit ikut merasakan penyaliban Tuhan Yesus. Dengan berpantang dan berpuasa, kita juga solider dan empati kepada para fakir miskin. Dengan berpantang dan berpuasa, kita juga merasakan lebih dekat dengan Tuhan.
Kain lama tidak mungkin ditambal dengan kain baru. Kain lama pasti akan rusak.
Anggur baru tidak dimasukkan di dalam wadah yang lama. Karena wadah lama tersebut pasti akan jebol.
Ini adalah perumpamaan yang secara tersamar menjawab pertanyaan orang-orang Farisi dan ahli Taurat bahwa tata aturan baru, yakni ajaran-ajaran Tuhan Yesus yang baru itu tidak bisa seketika dimasukkan dalam tata aturan agama Yahudi. Demikian pula tentang tata dan aturan berpuasa yang berbeda antara agama Yahudi dengan agama Katolik sampai saat ini.
Dengan demikian, kita orang Katolik tidak ragu lagi menjalani pantang dan puasa. Pantang dan puasa bukan sekedar masalah makan dan minum, namun terkait dengan pengendalian diri demi nilai-nilai yang lebih luhur. Yang dikendalikan adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.
(St Sunaryo)