Sebelum misa Natal 2019 ditutup, Camat Prambanan Drs. Suhardi, MM dipersilakan naik ke mimbar. Menyampaikan petikan pesan dari Bupati Klaten tentang salam Natal untuk seluruh umat.
Camat Prambanan mengawali dengan mengucapkan assalamualaikum. Salam dijawab-sambut secara meriah oleh seluruh umat yang hadir, disambungteruskan dengan tepuk tangan.
Tidak hanya salam yang memenuhi Gereja Santo Lukas, tetapi juga kehangatan sehabis hujan. Natal yang damai dan meriah sungguh hadir di Gereja Santo Lukas pada perayaan Misa Natal 2019.
Sampai sepuluh menit sebelum bisa dimulai, hujan masih turun dengan deras. Sebagian yang hadir sampai ke halaman gereja dengan pakaian dan rambut basah. Payung-payung nampak memenuhi beberapa sudut. Umat meletakkan payung masing-masing begitu saja. Tanpa rasa kuatir kalau payung nantinya hilang atau tertukar. Payung basah warna-warni yang diletakkan seadanya justru menjadi hiasan Natal yang tidak direncanakan. Nampak indah dan natural.
Di bagian pintu masuk gereja, nampak ramai oleh banyak saudara-saudara warga lingkungan sekitar yang membantu mengatur kendaraan yang lalu-lalang. Sudah lama warga sekitar membantu pelaksanaan perayaan-perayaan. Tidak ada rasa canggung satu sama lain.Nampak juga berbaur para polisi dan tentara dari markas setempat.
Hujan berangsur reda menjelang perayaan dimulai tepat pukul 18.00. Sebelum adzan maghrib berkumandang, pelangi nampak muncul di langit. Gesekan biola mengawali puncak perayaan malam itu. Meski sederhana, perayaan berlangsung dengan meriah. Panitia pun telah bekerja keras mempersiapkan semuanya.
Anak-anak tetap ceria dan riuh di sana-sini. Anak-anak memang tidak pernah merasa hujan sebagai halangan. Bagi anak-anak, hujan adalah kegembiraan yang lain. Meski tentu anak-anak balita membuat orang-tuanya lebih sibuk memastikan mereka tidak main genangan atau terpeleset karena permukaan yang lebih licin. Keriuhan dan kekacauan yang dihadirkan anak-anak selalu dirindukan pada satu sisi, dan membuat was-was pada di sisi yang lain. Tetapi ada satu hal yang selalu dibawa oleh anak-anak dalam ragam situasi dan tempat, yaitu kegembiraan.
“Saya atas nama Pemerintah Kabupaten Klaten mengucapkan merayakan Natal. Semoga sukacita Natal membawa kegembiraan bagi kita semua,” demikian salah satu petikan sambutan dari Bupati Klaten yang dibacakan oleh Camat Prambanan. Seluruh umat nampak seperti mendapat bonus kegembiraan malam itu. Suka-cita Natal tentu menggembirakan dan selalu menghadirkan harapan dalam aneka situasi. Tetapi kehadiran Camat Prambanan di mimbar gereja seperti merentangkan garis bawah pada kalimat yang sudah disusun indah: bahwa negara hadir bersama rakyatnya.
Maka tidak mengherankan seluruh umat tidak dapat menutupi raut gembira di wajah-wajah mereka. Kehadiran pemerintah yang diwakili jajaran Muspika seperti menggenapi puncak acara malam itu.
Gereja Santo Lukas Prambanan adalah gereja kecil di bilangan Kecamatan Prambanan. Sebuah gereja yang dibangun pada awal tahun 1970-an. Saat ini gereja yang berdiri masih merupakan gereja awal. Nyaris tanpa perubahan yang berarti. Gereja beratap asbes yang didirikan dengan sumbangan kayu-kayu dari Semarang yang dirangkai-pasang ulang. Dengan penyesuaian seadanya di sana-sini.
“Gereja ini hanya boleh dibangun bila ijin sudah turun,” begitu pesan yang diamanatkan oleh Uskup Semarang waktu itu.
Gereja sederhana yang telah menjadi saksi perkembangan dan pergulatan iman akan Allah yang hadir. Semenjak lama, umat sudah mengusahakan perijinan untuk pembangunan. Supaya gereja tidak terkesan kumuh, sempit dan sumpek. Tetapi pengurusan perijinan nampaknya mengalami kendala di sana-sini. Belasan dan puluhan tahun menjadi waktu yang belum cukup untuk menggenapi dan menyelesaikan perijinan.
Sampai hari ini seluruh umat tetap takzim menjaga pesan Bapak Uskup. Takzim sebagai warga negara yang taat. Dan takzim sebagai domba yang tunduk-hormat pada gembalanya.*