Pendidikan agama yang pertama dan utama dimulai dari keluarga, sedangkan Sekolah Minggu berperan sebagai sarana pendukung dalam perkembangan iman anak di luar lingkungan keluarga. Di lingkungan St. Matius, wilayah St. Theodosius, Sekolah Minggu diadakan setiap minggu pertama dan ketiga setiap bulan. Demikian pula pada hari Minggu, 16 Maret 2025, yang bertepatan dengan minggu ketiga.
Anak-anak PIA St. Matius mengikuti Sekolah Minggu di lingkungan mereka, yang dimulai pukul 10.00 WIB. Pada Minggu itu, cuaca yang sedikit mendung menciptakan suasana sejuk dan nyaman. Satu per satu, mereka mulai berdatangan ke pendopo rumah Paulus Wahyudi, tempat Sekolah Minggu berlangsung. Beberapa datang diantar orang tua, sementara yang lain bersepeda atau berjalan kaki karena jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh.

Sebagai usher, Olivia dengan ramah menyambut dan menyapa teman-temannya yang datang, memberikan salam hangat kepada setiap anak yang hadir. Setelah itu, mereka duduk di atas tikar dan mengisi daftar absensi. Tepat pukul 10.00 WIB, Sekolah Minggu dimulai dengan sapaan dari Damiana Wijosari, salah satu pendamping Sekolah Minggu di lingkungan St. Matius. Untuk menciptakan suasana yang lebih menyenangkan, anak-anak diajak bermain ice breaking agar lebih siap mengikuti kegiatan. Lagu pembuka “Jalan Serta Yesus” dinyanyikan dengan penuh sukacita oleh kelima belas anak yang hadir, bersama tiga kakak pendamping. Daniela bertugas memimpin doa pembuka pada minggu ketiga ini. Dengan penuh perhatian, anak-anak menirukan setiap kata dalam doa yang ia panjatkan. Setelah berdoa dengan khidmat, mereka kembali duduk untuk menyaksikan video firman tentang Doa Bapa Kami, yang menjadi bagian utama dalam pembelajaran hari itu.
Tema Sekolah Minggu kali ini adalah “Mengapa Aku Harus Berdoa?” Dalam penyampaiannya, Damiana Wijosari mengajak anak-anak PIA untuk senantiasa bertekun dalam doa, baik dalam keadaan susah maupun senang. Ia menekankan pentingnya menceritakan segala sesuatu kepada Tuhan, karena Yesus sendiri telah memberikan teladan untuk selalu berdoa dalam setiap situasi, seperti saat berada di Taman Getsemani dan ketika tergantung di kayu salib.

Doa adalah bentuk komunikasi dengan Tuhan sekaligus nafas kehidupan bagi orang beriman. Dalam berdoa, terdapat lima unsur penting yang perlu diperhatikan. Pertama, memuji Tuhan sebagai bentuk penghormatan. Kedua, mengucap syukur atas berkat dan kasih-Nya. Ketiga, mengakui dosa serta memohon pengampunan. Keempat, mendoakan orang lain, baik keluarga, teman, maupun mereka yang sedang mengalami kesulitan. Dan kelima, menyampaikan permohonan pribadi kepada Tuhan Yesus. Dengan memahami dan menerapkan kelima unsur ini, doa kita menjadi lebih bermakna dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Setelah mendengarkan firman dan penjelasannya, anak-anak PIA dengan penuh semangat menyanyikan lagu “Aku Diberkati” sebagai bentuk persembahan kasih. Selanjutnya, mereka diajak untuk membuat prakarya. Kali ini, mereka mewarnai kolase Doa Bapa Kami, kemudian menghiasnya dengan bingkai dari sedotan dan menambahkan tali agar bisa digantung. Dengan antusias, setiap anak mengerjakan prakarya mereka dengan penuh kreativitas.

Setelah prakarya selesai, anak-anak bersama kakak pendamping, Anthonia Divina dan Stephany Frahma, kembali memuji Tuhan dengan lagu “Baca Kitab Suci”, yang sekaligus menjadi lagu penutup. Sebelum pulang, mereka bersama-sama berdoa untuk mengakhiri kegiatan Sekolah Minggu.
Tepat pukul 11.00 WIB, Sekolah Minggu di lingkungan St. Matius selesai. Sebagai bentuk perhatian, setiap anak mendapatkan snack untuk dibawa pulang. Dengan wajah ceria dan hati penuh sukacita, mereka pun kembali ke rumah masing-masing.
Catatan : Tulisan dikirim oleh Damiana Wijosari Pusoko dan foto dikirim oleh Anthonia Divina