Keluarga Sudiyono mengadakan misa pemule untuk mengenang dan memperingati delapan tahun (1 windu) berpulangnya istri tercinta, Elizabeth Sutinem, dan putra mereka, Yohanes Sapto Sarmidi. Misa suci ini dipimpin oleh Romo Yohanes Ngatmo, Pr, dan diselenggarakan di Gereja Maria Asumpta Karanglo pada hari Minggu, 23 Februari 2025, pukul 19.00 WIB. Suasana misa penuh khidmat dan kekhusyukan, dihadiri oleh sekitar 300 umat yang turut berdoa bersama untuk mengenang dan mendoakan arwah Elizabeth Sutinem dan Yohanes Sapto Sarmidi.

Bacaan Kitab Suci dalam misa pemule ini diambil dari Surat Pertama Rasul Yohanes 3:1-3 serta Injil Matius 5:1-12. Dalam homilinya, Romo Yohanes Ngatmo, Pr, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjalani kehidupan dengan kebaikan dan ketulusan hati. Ia menekankan bahwa dalam perjalanan hidup, setiap orang dipanggil untuk menjadi pribadi yang baik dan membawa kasih bagi sesama.
Romo Ngatmo juga mengungkapkan bahwa peringatan pemule satu windu seperti ini tergolong langka, karena jarang dilakukan oleh umat, bahkan di kalangan para romo sendiri tidak terdapat tradisi khusus untuk memperingatinya. Namun, hal ini mencerminkan keyakinan dan iman umat Katolik yang teguh bahwa setiap orang yang telah meninggal dunia, terutama mereka yang hidup dalam kasih dan kebaikan, akan memperoleh kebahagiaan abadi di surga. Keyakinan ini menjadi penghiburan serta jaminan bagi setiap pengikut Kristus bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan kekal bersama Tuhan adalah tujuan sejati dari iman yang kita pegang teguh.

Setelah misa selesai, acara dilanjutkan dengan sesi sharing dari dua anak mendiang Sutinem yang mengenang sosok ibu mereka serta saudara mereka yang telah berpulang. Dalam kesaksian yang penuh haru, mereka menggambarkan beliau sebagai pribadi yang sederhana, penuh kasih, dan memiliki keteguhan iman yang luar biasa. Meskipun beliau tidak bisa membaca dan menulis, hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk menjadi ibu yang bijaksana dan selalu membimbing anak-anaknya dalam nilai-nilai kehidupan yang baik.
Salah satu pesan yang selalu diingat oleh anak-anaknya adalah nasihat beliau agar mereka tetap setia kepada Yesus, apa pun tantangan dan kondisi hidup yang mereka hadapi. Keteguhan iman yang beliau tanamkan menjadi warisan berharga yang terus mereka pegang dalam menjalani kehidupan. Selain itu, mereka juga mengenang adik mereka, yang melalui kehidupannya mengajarkan mereka tentang arti kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi berbagai ujian. Kenangan dan nilai-nilai yang diwariskan oleh beliau serta saudara mereka menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi keluarga dalam melanjutkan perjalanan hidup dengan penuh iman dan pengharapan.

Catatan : Tulisan dan foto dikirim oleh Marcus Wisnuhandoko