Dalam suasana syukur yang penuh khidmat, umat Lingkungan Brayat Minulyo Kadirojo menyelenggarakan ibadat penutupan Bulan Maria pada hari Sabtu, 31 Mei 2025 diikuti 55 umat. Bulan yang dipersembahkan secara istimewa untuk menghormati Bunda Maria ini ditutup dengan sebuah sembahyangan sederhana namun sarat makna iman, yang dipimpin dengan penuh penghayatan oleh Markus Budi.
Bacaan Injil yang dipilih dalam ibadat penutupan ini diambil dari Injil Lukas 1:39–45, yang mengisahkan perjumpaan penuh sukacita antara Maria dan Elisabet. Peristiwa ini bukan sekadar pertemuan dua pribadi, tetapi perjumpaan antara dua rahim yang mengandung janji keselamatan Allah, yakni Maria yang mengandung Yesus, dan Elisabet yang mengandung Yohanes Pembaptis. Dalam suasana perjumpaan itu, terungkaplah pujian dan nubuat yang menyatakan kebesaran karya Tuhan dalam hidup manusia.

Semangat perjumpaan dan kebersamaan yang ditampilkan oleh Maria dan Elisabet menjadi gambaran konkret dari semangat sinodalitas yang terus dihidupi oleh umat Katolik, khususnya di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang (KAS). Gereja Sinodal, sebuah Gereja yang berjalan bersama, mendengarkan bersama, dan berbagi panggilan yang sama, menjadi semangat yang terus digaungkan dalam setiap lingkup kehidupan menggereja, mulai dari lingkungan hingga ke paroki dan keuskupan.
Dalam permenungan malam itu, umat diajak untuk kembali meneladani Bunda Maria, sosok yang tidak hanya dikagumi karena kesuciannya, tetapi juga karena kerendahan hatinya dalam menanggapi panggilan Tuhan. Maria, yang dalam tradisi Gereja menerima begitu banyak gelar mulia dan menjadi subjek berbagai ensiklik oleh para Paus, adalah teladan sempurna bagi umat beriman dalam menjawab “ya” kepada kehendak Allah, dengan segenap hati, tanpa syarat.

Melalui ungkapan klasik Per Mariam ad Jesum — melalui Maria menuju Yesus — umat diajak untuk semakin mendekatkan diri pada Kristus dan semakin mencintai Gereja-Nya. Maria yang kita kenal sebagai Mater Omnia Ecclesiam atau Bunda Segala Gereja, bukan hanya ibu Yesus, tetapi juga ibu seluruh umat beriman. Dalam peranannya sebagai pengantara, Bunda Maria senantiasa menyampaikan doa-doa umatnya kepada Puteranya yang Mahakasih.
Setelah permenungan dan bacaan Injil disampaikan, ibadat dilanjutkan dengan doa Rosario Peristiwa Mulia. Umat dengan khusyuk dan penuh devosi mendaraskan doa-doa salam Maria, seolah merangkai bunga mawar rohani sebagai persembahan kasih dan penghormatan kepada Bunda Maria. Setiap peristiwa dalam doa Rosario menjadi sarana permenungan akan kasih Allah yang nyata dalam kehidupan Yesus, Maria, dan seluruh umat-Nya.

Ibadat penutupan Bulan Maria ini menjadi momen yang tidak hanya menandai akhir dari rangkaian devosi bulanan, tetapi juga menjadi titik awal semangat baru bagi umat untuk semakin meneladani ketaatan dan kesetiaan Maria dalam kehidupan sehari-hari. Semoga semangat Bunda Maria senantiasa hidup dalam hati umat, mengantar kita untuk selalu berjalan bersama dalam terang kasih Tuhan.
Catatan : Tulisan dan foto dikirim oleh Marcus Wisnuhandoko