Selama dua hari satu malam, OMK Wilayah St. Yusuf Kalasan Barat mengikuti kegiatan outbond di DolaNdeso, Boro, Kulonprogo pada 5 – 6 Juli 2025. Sebanyak 23 OMK berkumpul di Gereja St. Yusuf Kalasan Barat pada pukul 12.00 – 13.00 WIB untuk melakukan persiapan keberangkatan. Peserta datang dengan melakukan presensi terlebih dahulu sebelum kemudian dibagi ke dalam empat kelompok mobil. Setelah semuanya dirasa siap, akhirnya pada sekitar pukul 13.15 WIB, kami berangkat bersama menuju destinasi. Perjalanan memakan waktu ±90 menit dengan kondisi lalu lintas yang cukup padat, hingga kami akhirnya tiba di DolaNdeso sekitar pukul 14.45 WIB.
Setelah kami tiba di sana, kami dibagi ke dalam dua kamar (putra dan putri) dan menaruh barang bawaan kami. Kami kembali berkumpul di lapangan tengah untuk memulai kegiatan outbond kami. Teman-teman panitia membukanya dengan beberapa game sebagai pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan game bersama kelompok yang terdiri dari kelompok 1, 2, dan 3. Ada empat game yang harus dimainkan oleh setiap kelompok melalui empat pos.

Pada pos pertama, nama permainannya adalah menara kertas (meski sebenarnya permainan ini menggunakan enam gelas plastik sebagai susunan menaranya). Jadi pada pos satu ini, setiap kelompok harus menyusun menara dari gelas plastik, tapi dengan catatan adalah setiap kelompok perlu memindahkan dulu gelas plastik tadi dari sisi lain menggunakan karet yang diikatkan dengan sejumlah tali rafia. Yang menjadi tantangan adalah tetap menjaga agar tali rafia tadi tidak renggang selama perjalanan memindahkan gelas plastik serta proses penyusunan menaranya. Apalagi space sebagai tempat untuk menyusun menara adalah sebuah kursi kayu dengan panjang sedang, dan ini harus dilakukan bersama kelompok lain (kami perlu berhati-hati dan menjaga jarak dengan kelompok lain).
Masuk ke pos dua, ketiga kelompok akan bermain game folding map. Di sini, setiap kelompok perlu bekerja sama untuk membalik sebuah baner kecil dari sisi gambar ke sisi putih dan kembali lagi ke sisi gambar. Tingkat kesulitan bertambah karena untuk membalik sisi baner tadi harus dilakukan dengan kaki setiap anggota kelompok (setiap anggota harus berada di atas baner) dan kaki tidak boleh menyentuh tanah sedikit pun. Mengingat setiap kelompok anggotanya ada lima, maka permainan ini sangat menantang dan perlu strategi yang baik untuk mengakalinya.
Game di pos tiga adalah estafet air. Memang permainan ini terdengar biasa dan umum, tapi yang perlu diwaspadai adalah variasi dari estafet air. Versi estafet air yang kami mainkan mengharuskan setiap anggota kelompok berlari secara bergantian untuk mengisi sebuah botol. Yang menjadi kesulitannya adalah adanya peraturan untuk mengisikan air ke dalam botol dengan tetap mempertahankan gelas ada di atas kepala sambil membelakangi botol tersebut. Perlu ketepatan dalam mengarahkan aliran air agar dapat masuk tepat pada mulut botol yang kecil. Sementara, seorang anggota sedang berusaha mengisikan air yang dibawanya ke botol, teman anggotanya dapat membantu mengarahkan tanpa boleh menyentuh anggota yang sedang mengisi botol tersebut.
Game terakhir yang menjadi penutup adalah game kaki gurita di pos empat. Permainan ini mengharuskan setiap anggota kelompok untuk saling mengikatkan kaki mereka satu sama lain dan dalam kondisi itu mereka perlu berjalan bersama dari ujung ke ujung lapangan untuk mengambil suatu benda. Strategi masing-masing kelompok diperlukan agar entah bagaimana caranya mereka dapat berjalan bersama tanpa kesulitan meski kaki saling terikat. Setelahnya, sesi outbond berakhir. Kami akan kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap untuk makan malam.
Selepas makan malam, kami lanjutkan dengan kegiatan ice breaking dan sharing. Sesi sharing dilakukan dalam masing-masing kelompok dengan saling berbagi pengalaman terkait kegiatan menggerejawi atau OMK. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenal satu sama lain dan menambah inside baru dari teman sesama OMK. Kegiatan malam itu diakhiri dengan menulis refleksi dan niat pribadi serta doa malam bersama.

Hari kedua, kami harus bangun pagi untuk mengikuti misa. Kami bangun sekitar pukul 05.30 WIB untuk mempersiapkan diri dan berangkat ke Gereja St. Theresia Lisieux (Gereja Boro) yang terletak tak jauh dari DolanNdeso. Karena hanya dekat, kami berjalan kaki untuk menuju ke gereja tersebut. Kami mengikuti misa dengan membaur bersama umat dari daerah setempat, dan terasa suatu atmosfer baru dengan memasuki gedung gerejanya. Romo yang memimpin ekaristi pada pagi hari itu, dalam homilinya, mengatakan bahwa kita semua saling diutus untuk mewartakan kasih Tuhan. Selain itu, beliau juga mengingatkan pada umat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar, baik tua maupun muda harus saling bekerja sama mewujudkan suatu lingkup yang senantiasa menghadirkan Tuhan sebagai pemberi pedoman arah hidup.
Ada hal yang cukup tidak terduga bagi kami yang baru pertama kali mengikuti perayaan ekaristi di gereja ini, yaitu sebelum berkat penutup, ada sebuah penampilan mini drama dari anak-anak PIA salah satu lingkungan setempat yang memarodikan bacaan Injil hari itu (dari Lukas 10: 1 – 2.17 – 20 tentang Yesus yang mengutus murid-muridnya berdua-dua untuk memasuki kota-kota).
Selepas mengikuti misa pagi, kami berjalan kembali menuju DolaNdeso untuk sarapan dan jalan-jalan. Kami mengambil rute yang tak jauh dari DolaNdeso dan hanya berkeliling melihat-lihat daerah sekitar yang berkontur seperti bukit. Setelah itu, beberapa dari kami ada yang bermain di sungai yang berada di depan Dolan Ndeso hingga tak terasa waktu pun ikut berlalu. Menjelang siang, puas berjalan-jalan dan bermain air di sungai, kami lanjutkan dengan makan siang bersama.
Setelahnya, kami memasuki sesi terakhir dari rangkaian kegiatan outbond kami di sana, yaitu peneguhan. Pada sesi ini akan dipandu oleh Ibu Hastuti, yang sejak hari pertama telah menemani kami, sebagai pendamping OMK Wilayah St. Yusuf Kalasan Barat. Ibu Hastuti memberikan beberapa catatan terkait refleksi kami semalam tentang komitmen dan halangan dalam mengikuti kegiatan OMK – dan sungguh disadari bahwa relasi akan semakin memperkaya diri kita. “Hidup ini adalah tentang adventure dan discovery, kisah petualangan hidup untuk menemukan diri kita yang sejati”, begitu yang ditekankan Ibu Hastuti. Hal ini juga selaras dengan homili Romo pada misa pagi tadi bahwa masing-masing dari kita diutus oleh Tuhan dengan maksud dan tujuan tertentu, yang bahkan tidak kita duga atau sadari. Maka melalui kegiatan kali ini, kita diajak untuk mengukir jejak bersama sebagai bagian dari petualangan (adventure) dan penemuan diri (discovery) dalam hidup kita masing-masing. Di penghujung acara dilakukan peneguhan dengan mengucapkan komitmen masing-masing di hadapan teman-teman sambil membawa sebuah lilin bernyala. Melalui ini, kami diharapkan dapat saling mendoakan satu sama lain.
Selesai sesi peneguhan masih ada satu lagi kegiatan yang ditunggu-tunggu, yaitu awarding atau penghargaan, baik sebagai kelompok dalam outbond, yel-yel kelompok, atau anggota OMK teraktif selama kegiatan dua hari tersebut. Dalam rangkaian permainan outbond, kelompok 2 mendapat juara pertama, sedang kelompok 1 sebagai juara dua, dan kelompok 3 sebagai juara tiga. Untuk kategori yel-yel terbaik, gelar diraih oleh kelompok 3, dan penghargaan kepada anggota teraktif selama kegiatan diraih oleh Luis. Hadiah diterima dalam rupa berbagai makanan ringan yang dirangkai seperti mahkota, selempang, dan gelang – sungguh menarik.

Demikianlah serangkaian kegiatan kami selama dua hari di DolaNdeso, Boro, Kulonprogo berakhir. Kami kemudian berkemas untuk melakukan perjalanan pulang menuju ke Gereja St. Yusuf Kalasan Barat dan tiba di sana sekitar pukul 15.15 WIB. Semoga melalui kegiatan outbond kali ini dapat semakin mempererat hubungan positif di antara teman-teman OMK dan melalui sesi refleksi maupun peneguhan dapat semakin memperjelas langkah hidup kita sebagai sesama murid Yesus yang siap diutus.
Catatan : Penulis F.X. Satrio Prihantoro dan dikirim oleh Desan Pradarto