0311 Gregorius Agung Kaliajir: Berkorban dan bermati raga menuju ke Betlehem

Cuaca pada hari Kamis sore, 9 Januari 2025 berpihak pada umat Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir yang bersiap merayakan Natalan Lingkungan. Menjelang petang langit begitu cerah, tidak menampakkan tanda-tanda akan turun hujan, setelah sepanjang siang sempat diselimuti awan kelabu. Empat puluh satu (41) umat sebelum pukul 18.00 WIB sudah hadir di rumah keluarga Yosi Ardhi dengan pakaian bernuansa merah. Warna merah melambangkan cinta dan pengorbanan Yesus Kristus. Merah juga dikaitkan dengan darah Yesus yang tertumpah saat penyaliban karena dosa-dosa kita.

Natal 2024 dirayakan dengan ibadat sabda, dipimpin Theresia Yuliastutie, salah satu dari tiga prodiakon baru di LGAK. Diawali dengan pengantar singkat dan doa Malaikat Tuhan oleh RB Maryanto selaku ketua lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan lagu pembuka. Mengawali renungan, Yuliastutie menanyakan beberapa hal berkaitan dengan natal kepada anak-anak. Ketika ditanyakan tentang apa yang dilihat anak-anak di malam natal, Kesya dengan lantang menjawab, “Pohon natal.” Dilanjutkan Are, “Ada bintang di puncak pohon natal.” Ave pun menambahkan, “Lampion dan lampu natal.” Apa yang dilihat oleh anak-anak di hari natal melambangkan sukacita, terang, dan kegembiraan. Di samping itu, ada pula kandang domba, palungan, dan para gembala yang melambangkan kesederhanaan. Sukacita natal makin lengkap dengan kedatangan 3 majus dari timur yang membawa persembahan emas, kemenyan, dan mur. Ketiga orang majus ini mengunjungi Yesus setelah melihat bintang yang bersinar sangat terang. Bintang inilah yang menjadi penunjuk jalan dan membawa mereka kepada bayi Yesus, Maria, dan Yusup. Mengakhiri renungan Natal, umat diajak untuk makin dekat kepada Yesus, Maria, dan Yusup melalui doa dan devosi kita dengan segenap hati karena Dia adalah sumber cinta, harapan, dan kasih. Dilanjutkan dengan doa umat yang kemudian disatukan dengan doa Bapa Kami dan Salam Maria.

Soto panas mas Bro menutup rangkaian ibadat natal 2024. Semua umat menikmatinya sambil ngobrol seru dan bercandaria di bawah sinra lampu. Tidak ada batas antara yang telah berusia, remaja, anak-anak, dan balita, semua menyatu dalam iman yang selalu melahirkan rasa rindu untuk terus bertemu. Perayaan natal lingkungan dirayakan dalam kesederhanaan, tanpa kado silang, tanpa menu Istimewa, tetapi penuh makna, sukacita, dan umat lebur dalam kebersamaan yang menguatkan.

Lucia Indarwati

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *