Pada hari Minggu pagi pukul 06.00WIB, tanggal 12 November 2023 umat lingkungan Santa Marta terlihat sudah berkumpul di suatu tempat. Terlihat pula 3 buah minibus sudah terparkir di halaman sebuah gudang di dusun Cupuwatu dua yang nantinya akan digunakan sebagai sarana transportasi umat lingkungan Santa Marta yang akan berziarah ke daerah Ambarawa. Umat Lingkungan Santa Marta yang terletak di Cupuwatu dua yang merupakan hasil pemekaran Lingkungan Mateus untuk pertama kalinya akan mengadakan Ziarah ke Gua Maria Kerep Ambarawa.
Seluruh umat yang sudah mendaftarkan diri terlihat sangat antusias mengingat ini adalah ziarah perdana sejak lingkungan Santa Marta terbentuk. Rangkaian kegiatan ziarah kali ini adalah mengikuti doa Rosario dan Misa Novena ditempat ziarah Gua Maria Kerep Ambarawa. setelah itu menuju pasar Bandungan, dilanjutkan ke Museum misi Muntilan. Setelah berdoa bersama untuk memohon perlindungan selama perjalanan yang dipimpin oleh bapak Hari, pukul 06.30 wib rombongan peziarah berangkat menuju Ambarawa. Kurang lebih 2 jam perjalanan akhirnya kami semua sampai di Gua Maria Kerep Ambarawa. Ketika tiba di lokasi, peziarah langsung mencari tempat untuk duduk bersama dan langsung mengikuti misa Novena yang dipimpin oleh Rm. Bernadus A. Rukiyanto, Sj, Rm. Laurentius Merdi Nugroho, Prdan , Rm. Gabriel Notobudoyo, Pr dengan khidmat.
Pada rencana awal, lokasi yang direncanakan pengurus untuk ziarah adalah tempat yang tidak terlalu jauh, mengingat dana kas yang tidak banyak. Semula direncanakan akan berziarah ke Ganjuran atau sendangsono. Namun kemudian ada umat yang berkenan membantu dana untuk beaya transportasi, maka keinginan umat untuk ziarah ke Gua Maria Kerep Ambarawa bisa terwujud. Terhitung ada 17 kk yang ikut dalam ziarah perdana. Memang sangat disayangkan, tidak semua umat bisa ikut karena terkendala jadwal ziarah yang berbenturan dengan agenda keluarga atau karena alas an kesehatan.
“Diharapkan ziarah kali bisa membawa semua umat lingkungan Santa Marta menjadi kian guyup, bisa berbaur tanpa sekat yang nantinya bisa menjadi pondasi kuat bagi lingkungan itu sendiri,” ujar Nikko, ketua lingkungan Santa Marta.
Nikko sendiri juga merasa sedih karena tidak bisa mengakomodir seluruh umat untuk bisa ikut ziarah. Namun dengan pengalaman yang didapat dalam ziarah ini pengurus lingkungan berjanji ke depannya akan lebih baik lagi.
Ada hal menarik ketika umat mengunjungi museum misi di Muntilan. Rombongan tidak hanya sekedar datang berkunjung dan melihat-lihat benda-benda yang ada di museum, namun rombongan juga diedukasi dan dipandu oleh guide yang membuat kami menjadi tertarik untuk lebih jauh mengenal dan mengetahui bagaimana pertama kali agama Katolik itu muncul dan menyebar di pulau Jawa. Ini semua merupakan hal yang baru bagi kami semua dan sangat senang berada di museum.
“Senang banget banyak kenangan, membuat saya merasa lebih damai,” ujar Teresa Rubiyem, salah satu umat lingkungan yang turut serta dalam ziarah.
Umat lingkungan juga terlihat antusias ketika guide di museum misi menerangkan isi benda-benda yang dipajang dari satu kamar ke kamar berikutnya. Ini terlihat dari banyak umat yang bertanya kepada guidenya perihal barang-barang yang dipajang. Salah satunya adalah patung burung pelican yang sedang memamah anak–anaknya. Burung pelikan diambil sebagai simbol karena sifat rela berkorbannya. Induk pelikan akan memberikan darah dagingnya sendiri untuk anak-anaknya dalam keadaan terdesak, yang mengingatkan kita akan sang Penebus Kita Yesus Kristus yang rela berkorban Mati di kayu Salib demi kita semua.
Semua umat yang mengikuti tour museum dibuat sangat takjub dengan wawasan baru setelah berkunjung ke museum misi Muntilan. Setelah sesi foto bersama, umat kemudian menikmati jadah dan tempe goreng hangat yang disiapkan oleh ibu–ibu lingkungan Santa Marta.
“Sangat bagus, mengakrabkan umat lingkungan yang baru, juga sebagai sarana untuk saling mengenal umat satu sama lain. Pokoknya menyenangkan, dan akan lebih menyenangkan lagi kalau selanjutnya kita pakai bis yang lebih besar sehingga semua umat bisa bersama dalam satu kendaraan,”ujar Nazaria Cahyantini.