Pada hari Rabu, tanggal 30 Agustus 2023, sarasehan yang bertajuk “Koinonia dan Martyria” digelar di rumah Bapak Felix Sitepu. Acara ini dihadiri oleh 18 umat yang hadir dengan penuh semangat untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang lima pilar keagamaan. Sarasehan ini memfokuskan perhatian pada dua tokoh inspiratif, yaitu Pak Warno dan Pak Slamet, yang menghadapi tantangan iman yang unik.
Salah satu kisah yang menginspirasi dari sarasehan ini adalah kisah Pak Warno. Ia bekerja di lingkungan yang mayoritas tidak seiman dengannya. Di tempat kerjanya, ada larangan untuk beribadah dan melaksanakan praktik keagamaan. Meskipun dihadapkan pada situasi yang cukup sulit, Pak Warno tidak pernah mengkhianati prinsip-prinsip keimanan yang diyakininya. Keberanian dan keteguhan imannya menjadi inspirasi bagi semua peserta sarasehan untuk tetap kukuh dalam keyakinan mereka, bahkan di tengah tantangan yang besar.
Kisah lain yang diambil sebagai contoh adalah kisah Pak Slamet. Pak Slamet adalah seorang yang melayani masyarakat dengan menjadi ketua RT di lingkungannya. Meskipun tanggung jawabnya dalam pelayanan kepada warga masyarakatnya sangat besar, Pak Slamet tidak pernah melupakan nilai-nilai agama yang selalu menjadi pedoman dalam tindakannya. Ia adalah contoh nyata bagaimana seseorang bisa melayani masyarakat dengan integritas dan tetap menjalankan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya.
Kedua tokoh ini menjadi renungan yang sangat berharga bagi semua yang mengikuti sarasehan tersebut. Mereka membuktikan bahwa keimanan dan pelayanan kepada masyarakat tidak saling bertentangan, melainkan dapat bersinergi untuk menciptakan sebuah harmoni dalam hidup. Sarasehan ini mengajarkan kepada peserta bahwa penting untuk tetap berpegang pada nilai-nilai keagamaan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun dalam pelayanan masyarakat.
Selain kisah-kisah inspiratif ini, sarasehan juga merupakan wadah bagi umat untuk saling berbagi pengalaman dan pemahaman tentang konsep “Koinonia dan Martyria.” Diskusi yang terjadi menjadi ruang yang sangat berharga untuk meningkatkan pemahaman bersama tentang lima pilar keagamaan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berakhirnya sarasehan ini, peserta pulang dengan hati yang penuh inspirasi dan semangat baru untuk mempraktikkan konsep “Koinonia dan Martyria” dalam kehidupan mereka masing-masing. Kisah Pak Warno dan Pak Slamet menjadi cerminan nyata tentang bagaimana keimanan dan pelayanan masyarakat dapat bersatu dan memberikan dampak positif pada komunitas dan dunia yang lebih luas.