Delapan belas umat Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir hadir dalam pertemuan-pertemuan rutin pendalaman iman pada Kamis, 31 Agustus di rumah keluarga Bapak Triyatno.
Listrik tiba-tiba mati ketika pertemuan dimulai. Setelah sempat terhenti karena harus mencari lampu penerang, ibadat lingkungan kembali dilanjutkan. Bertolak dari perikope Injil Mat 24: 42-52 tentang hamba yang setia dan bijaksana, pak YB Maryanto selaku pemimpin ibadat menyampaikan bahwa kita harus selalu rajin berdoa agar pantas jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Pak Lambert dalam tanggapannya mengatakan bahwa kita sering larut dalam berbagai kesibukan yang dijadikan alasan untuk tidak rutin berdoa. Sementara ibu Lucia Indarwati menyampaikan bahwa dengan menjalankan setiap aktivitas kehidupan ini dengan cinta dan penuh tanggung jawab, serta selalu menyertakan Tuhan dalam setiap langkah dan desah napasnya, juga merupakan bentuk doa.
Di samping, secara khusus harus berupaya menyempatkan waktu khusus untuk berdoa, sebagai kesempatan untuk berwawan hati dengan Tuhan. Dengan harapan, kita sewaktu-waktu siap dipanggil Tuhan karena waktunya tidak pernah kita duga.
Menunggu waktu kematian itu dirasakan sebagai sesuatu yang menakutkan. Hal ini terjadi karena kita kurang pasrah kepada-Nya. Oleh karena itu, sebagai anak-Nya umat Katolik sudah selayaknya belajar untuk pasrah, meski itu tidaklah mudah.