Sarasehan yang kedua dengan Tema “Keluarga dan Sekolah Katolik : Habitus dan Lokus Perkembangan Iman Katolik dan Karakternya” ini didampingi dan dipandu oleh bapak YF. Setya Tri Nugraha dan bertempat di rumah bapak Sudiman.
Dalam pertemuan ini kita diundang untuk merenungkan sabda Tuhan tentang keluarga Kudus Nasaret, khususnya saat Keluarga Yusuf merasa kehilangan Yesus, beragam kekawatiran keluarga terjadi.

Sementara belajar dari dokumen Gereja kita diundang untuk menyadari betapa pentingnya tanggung jawab keluarga terhadap anak. Gereja Katolik meyakini bahwa pendidikan merupakan proses yang sangat penting untuk membantu manusia menjadi semakin baik sebagai pribadi dan juga sebagai masyarakat.
Banyak sekali dokumen dikeluarkan oleh geraja dalam rangka mendukung dan pentingnya pendidikan di keluarga. Salah satunya adalah AMORIS LAETITIA yang di dalamnya (pada nomor 259) terdapat pernyataan tentang pendidikan sebagai berikut: “Orang tua senantiasa mempengaruhi perkembangan moral anak-anaknya, menjadi lebih baik ataupun lebih buruk.
Oleh karena itu, mereka harus mengemban tanggung jawab yang tak terelakkan ini dan melaksanakannya dengan penuh kesadaran, antusias, wajar dan tepat. Karena peran pendidikan keluarga ini begitu penting, dan menjadi semakin kompleks, saya akan membahasnya dengan rinci”.

Kita bersyukur bahwa Gereja tempat kita tinggal, Keuskupan Agung Semarang mengajak kita semua untuk mendalami, merefleksikan, dan memperbincangkan persoalan yang sangat penting ini, serta melihat secara lebih dalam realitas dan pengalaman konkrit kita di dalam keluarga, lingkungan, paroki dan sekolah.
Melalui perbincangan ini kiranya kita bisa semakin memahami pendidikan yang seyogyanya dikembangkan di dalam keluarga, lingkungan, paroki dan sekolah-sekolah Katolik serta kontribusi yang dapat kita berikan sebagai pribadi dan juga sebagai komunitas untuk menciptakan pendidikan yang semakin baik bagi generasi muda Gereja kita.
Pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas dan menjadi bahan sharing secara bergantian dengan umat adalah tentang : adakah kesepakatan-kesepakatan dengan pasangan hidup dan anggota keluarga untuk bersama-sama menjadikan keluarga sebagai locus pembentukan habitus baik?
Umat pada saat pembahasan ini banyak memunculkan tanggapan tentang keluarga sebagai pondasi pertama dan harus kuat untuk sebagai tempat membiasakan mendidik anak, dan umat menyampaikan bahwa itu menjadi tugas pasangan (tidak hanya sekekdar tugas ayah atau ibu saja).
Melalui perbincangan dan sarasehan minggu yang kedua ini kiranya kita bisa semakin memahami pendidikan yang seyogyanya dikembangkan di dalam keluarga, lingkungan, paroki dan sekolah-sekolah Katolik serta kontribusi yang dapat kita berikan sebagai pribadi dan juga sebagai komunitas untuk menciptakan pendidikan yang semakin baik bagi generasi muda Gereja kita. Keluarga adalah tempat (locus) dalam pembentukan pembiasaan hidup (habitus).
Ditulis dan dilaporkan oleh : Kristina Eko Yuni Lestari