Selama Oktober, yang dikenal sebagai bulan rosario, umat Lingkungan St. Maria Sidokerto merencanakan untuk mengadakan pertemuan dan doa rosario bersama setiap hari Senin dan Kamis. Untuk bulan ini Yustina Titin Purwantiningsih selaku sekretaris lingkungan tidak membuat jadwal tempat pertemuan tetapi hanya mengirimkan jadwal hari dan tanggal yang dishare ke WA grup lingkungan dan ditawarkan kepada umat yang berkenan. Cara seperti ini dirasa lebih baik, meringankan tugas sekretaris dan umat yang mempunyai ujub khusus, seperti ulang tahun perkawinan atau ulang tahun kelahiran, bisa memilih sendiri.
Pertemuan pertama secara khusus untuk umat Lingkungan St. Maria Sidokerto dilaksanakan pada Senin, 7 Oktober 2024 di rumah Ignatius Sadjimin Padmo Wiryono. Ibadat rosario kali ini dipimpin oleh Rita Setyaningsih, salah satu pengurus lingkungan yang juga sebagai seorang guru agama Katolik. Dalam permenungannya umat diingatkan untuk berdevosi kepada Bunda Maria dengan mengadakan doa bersama. Tanggal tujuh Oktober merupakan pesta Santa Perawan Maria sebagai Ratu Rosari. Umat diajak untuk melihat kembali sejarah adanya doa rosario. Doa rosario merupakan doa yang mudah didaraskan oleh anak-anak maupun orang tua dan mudah dihafal sehingga kita makin akrab dengan Bunda Maria.
Kita sering menyanyikan lagu yang mengisahkan Bunda Maria memperlihatkan diri kepada Bernadette, seorang gadis berusia 14 tahun yang tinggal di Lourdes. Ketika sedang mencari kayu bakar, Bernadette mendengar suara gemuruh angin dan menoleh ke rumpun mawar liar di mulut gua Madsabielle. Di situ muncul sosok seorang gadis muda yang sangat cantik, berselimutkan cahaya, berkerudung dan berpakaian putih, berikat pinggang biru serta sebuah rosario. Bernadette lalu berlutut dan berdoa rosario bersama gadis itu. Anehnya, gadis itu hanya bisa dilihat oleh Bernadette. Selain itu, ada tradisi yang bersumber dari pengalaman Santo Dominikus, pendiri ordo Dominikan. Bunda Maria menampakkan diri kepada Dominikus, memberi rosario dan meminta agar Dominikus mewartakannya. Bunda Maria berjanji jika Dominikus dengan setia mewartakan dan mendoakan doa rosario maka karya kerasulannya akan berhasil. Pada saat itu St. Dominikus sedang berjuang melawan kaum bidaah Albigensian, yaitu kelompok yang tidak percaya terhadap misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Dominikus dan pengikutnya berhasil “mematikan” bidaah tersebut dengan jalan menggalakkan doa rosario. Doa rosario mendapat dukungan dari lingkungan kepausan dan dimasukkan sebagai doa perang suci melawan musuh-musuh gereja. Saat itu negara Eropa mendapat ancaman akan punahnya agama Katolik sehingga Paus Pius V bersama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di Basilika St. Maria Maggiore sejak subuh hingga petang tanpa henti pendarasannya. Akhirnya, tanggal tujuh Oktober pasukan Katolik memenangkan peperangan dan secara umum orang menerima bahwa kemenangan ini berkat kekuatan doa rosario.
Doa ini berkembang di kalangan umat beriman dan mendapat tempat istimewa sehingga Paus Gregorius XIII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai pesta wajib Maria Ratu Rosario. Selanjutnya tahun 1884 Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Mukjizat yang sungguh nyata saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia awal bulan September 2024 yang lalu, sesaat sebelum Ekaristi di stadion Gelora Bung Karno tiba-tiba hujan sehingga umat yang hadir berdoa sepuluh Salam Maria. Hujan langsung reda dan perayaan Ekaristi pun bisa berjalan dengan aman dan lancar.
Catatan: Tulisan dan foto dikirim oleh Yustina Titin Purwantiningsih