Pada hari Minggu tanggal 29 Oktober 2023 merupakan peringatan 40 hari Maria Magdalena Ngadiyem dipanggil Tuhan. Bertempat di rumah FX. Supriyanto, umat lingkungan Santo Lukas diminta dukungan doa dalam misa memule ini. Sebanyak 40 orang umat lingkungan Santo Lukas mengikuti misa memule ini dan 10 di antaranya adalah kerabat yang berasal dari umat lingkungan lain.
Dalam misa memule yang ke 40 hari ini Romo Agustinus Daryanto, SJ berbicara tentang kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan oleh Ngadiyem selama masa hidupnya, dan tak sedikit anak kedua dari Ngadiyem yakni FX Supriyanto juga sharing mengenai Ngadiyem. Beliau adalah pribadi yang bijaksana dan adil terhadap anak-anaknya. Sang menantu bernama Puji Lestari juga menambahkan pengalaman yang beliau alami selama kehidupannya di dunia. Meskipun hanya seorang menantu tetapi Puji Lestari sudah menganggap Ngadiyem seperti ibu kandunganya. Dia kagum dengan sosok Ngadiyem yang tidak pernah mengeluh selama beliau menderita sakit pada saluran pencernaan. Beliau tetap kuat dan tetap memberikan senyum baik terhadap anak-anaknya maupun kepada para tetangga, kerabat, dan orang-orang yang datang menjenguk beliau. Suasana menjadi haru tatkala Puji Lestari menceritakan hal tersebut dengan mata berkaca-kaca. Umat yang hadir dalam misa itu pun mengamini pernyataan Puji Lestari karena Ngadiyem memang seorang yang baik hati selama hidupnya. Beliau selalu berbuat baik kepada semua orang.
Papat dalam Bahasa Indonesia artinya empat. Patang puluh sama dengan 40. Dina berarti hari. Jadi peringatan “matang puluh dina” ini memang dimaksudkan untuk memperingati orang yang meninggal selama 40 hari yang lalu atau 1 bulan 10 hari. Konon, ini untuk mempermudah ruh menuju alam kubur. Kehidupan orang Jawa masih dekat dengan hal ghaib. Riwayat yang ada hanya mengatakan bahwa pernyataan bahwa ruh orang yang sudah wafat tetap berada di bumi selama 40 hari. Romo mengajak kita untuk tetap mendoakan keluarga, saudara atau kerabat kita agar dimudahkan jalannya menuju ke Rumah Bapa di Surga dan supaya mereka terbebas dari api penyucian.
Misa diakhiri dengan pemercikan bunga tabur yang akan dibawa ke makam untuk ziarah kubur keesokan harinya. Setelah berkat perutusan dari Romo, umat yang hadir tidak langsung pulang namun menikmati snack sembari berbincang dengan umat lain dan selanjutnya ditutup dengan santap malam.