Tujuh Permohonan
Pagi ini, Kalidi berkata kepada temannya si Minto, “Min, aku itu bingung, lho, kalau disuruh mimpin doa. Lha, kalau pas doa sendiri saja, aku juga bingung mau doa apa je….” Minto menjawab, “Di, Di, kamu itu aneh, lha ya sudah to, doa Bapa Kami saja, pasti cespleng, ditanggung beres”.
Kalidi heran dan bertanya, “Lho kamu kok tahu, Min?” Jawab Minto, “Ya tahu saja, lha kan sudah membaca renungan BKL (Bulan Katekese Liturgi) hari ke-8 kemarin… he… he.” Selain Bapa Kami itu doa Tuhan, doa paling sempurna, dan doa Gereja, ada tujuh permohonan terdapat dalam doa Bapa Kami (KGK 2803).
Tiga pertama berupa permohonan yang sifatnya menjadi pujian bagi kemuliaan Allah: “(1) Dimuliakanlah nama-Mu, (2) datanglah Kerajaan-Mu, (3) jadilah kehendak-Mu”. Ini adalah ketiga permohonan yang membawa kita menuju Allah dan demi diri-Nya. Kita ingin hidup demi kemuliaan Allah saja. Namun, perlu juga disadari bahwa ketiga permohonan tersebut sudah dipenuhi dalam kurban Yesus Kristus, Penebus kita, tetapi sekarang tetap dimohon untuk tetap dihadirkan hingga kepenuhan penyelesaian defnitif pada akhir zaman nanti (KGK 2804).
Keempat permohonan berikutnya ialah: “(1) Berilah kami rezeki pada hari ini, dan (2) ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami, dan (3) janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi (4) bebaskanlah kami dari jahat”. Katekismus Gereja Katolik memberi komentar demikian:
Permohonan-permohonan yang berikut berlangsung seturut arah beberapa epiklese Ekaristi: mereka mempersembahkan harapan kita dan menarik pandangan Bapa Kerahiman atas dirinya. Mereka keluar dari kita dan menyangkut kita sekarang ini, di dunia ini: “berilah kami…, ampunilah kami…, janganlah masukkan kami…, bebaskanlah kami…”. Permohonan keempat dan kelima berhubungan dengan kehidupan kita: kita harus dikuatkan oleh makanan dan disembuhkan dari dosa. Dua permohonan terakhir menyangkut perjuangan doa; perjuangan kita demi kemenangan kehidupan. (KGK 2805).
#Sekolah Liturgi