KOMSOS – GMK. Ada suasana yang nampak berbeda di pastoran GMK pada hari Sabtu pagi, 29 Juli 2017. Meja registrasi, kursi-kursi dan meja prasmanan sudah tertata rapi dan beberapa petugas berpakaian batik nampak sudah bersiap diri. Rupanya Sabtu pagi sampai Minggu adalah jadwal kedatangan rombongan peserta AYD dari berbagai negara yang akan mengikuti kegiatan AYD 2017 di Yogyakarta. Paroki GMK memang ditunjuk sebagai lokasi transit bagi para peserta setelah mereka tiba di bandara, sebelum mereka dikirim ke lokasi DID di Paroki Kebun Dalem, Paroki Sumber dan Paroki Bedono.
Dalam wawancara dengan Komsos GMK, Romo Yohanes Krismanto Pr selaku penanggung jawab atau SC AYD 2017 seluruh kegiatan Day in the Diocese (DID) Keuskupan Agung Semarang menjelaskan bahwa agenda pada hari Sabtu 29 Juli 2017 adalah menerima kedatangan peserta AYD dari berbagai negara yakni dari Korea Selatan, Banglades, Nepal, Pakistan, dan Laos. Sedangkan dua uskup dari Korea baru bisa datang pada hari Minggu malam.
Menurut informasi yang diberikan Ardi dan Claudia dari panitia pusat AYD yang membantu registrasi peserta di GMK, rombongan pertama datang pada pukul 6 pagi. Mereka berasal dari negara Pakistan dengan jumlah 8 peserta. Pada pukul 11 rombongan peserta dari negara Nepal berjumlah 13 juga datang.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh panitia pusat AYD maupun panitia lokal dari GMK berjumlah 20 orang yang kali ini diketuai Clara Sita Rahmi Sekundarini, dibantu D. Jumei H. selaku bendara dan Mikael Elang P sebagai sekretaris. Beberapa anggota panitia lain ada yang berperan sebagai pemandu para peserta. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang fasih mereka mampu melayani dan memberi informasi detil kepada peserta AYD termasuk jenis-jenis kuliner yang disajikan di GMK.
Clara Sita, menjelaskan bahwa rombongan AYD juga diterima dengan hangat oleh para romo GMK, bahkan peserta dari Nepal secara khusus memberikan kenangan-kenangan berupa senjata menyerupai keris dan kain khas Nepal. Salah satu peserta dari Nepal bahkan juga unjuk kebolehan dengan menari di hadapan mereka yang hadir.
Sementara itu rombongan dari Banglades yang berjumlah 18 baru tiba di GMK pada Sabtu Malam pukul 9 malam, dilanjutkan dengan rombongan dari Korea Selatan sebanyak 50 orang. Rombongan dari Korea Selatan tampak mencolok dibandingkan peserta lain karena mereka mengenakan seragaman kaos kuning. Kedatangan dua rombongan yang nyaris bersamaan ini sontak membuat suasana pastoran menjadi sangat semarak dan ramai.
Puncaknya terjadi ketika rombongan dari Bangladesh mengambil alat musik kendang dan mereka menyanyi dan menari dengan gaya khas tarian ala India. Peserta dari Korea dan juga panitia lokal pun tak mau ketinggalan. Mereka dengan spontan ikut menari-nari.
Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menyentuh dan menggetarkan ketiga rombongan dari kedua negara ditambah panitia lokal bisa berinteraksi dengan akrab dan bahasa nampaknya tidak menjadi kendala yang berarti karena mereka lebih menggunakan bahasa hati.
Sementara itu Domikus Belfast Panindya, salah satu penerima tamu GMK,menjelaskan bahwa peserta AYD dari Laos yang berjumlah 25 baru tiba pada hari Minggu pagi, 30 Juli 2017 pukul 9. Peserta dari Laos ini mengenakan seragam kaos warna putih dengan bendera warna Laos dan jaket warna kuning biru.
Sebagian besar terkesan dengan menu yang disajikan terutama buah salak yang terasa agak beda rasanya dibandingkan dengan salak produk Laos.
Di akhir acara transit, peserta dari Laos juga menampilkan satu tarian yang indah.
Setelah melakukan registrasi, semua rombongan kemudian beristirahat sambil menikmati minum dan sajian kuliner khas Yogyakarta seperti lemper, pisang godog, kacang godog dll. Mereka tampak bahagia dengan sambutan yang sangat hangat dari panitia dan sangat menikmati sajian menu kuliner lokal. Mereka juga bersekempatan untuk melihat dari dekat gedung gereja GMK serta taman doa yang terletak di samping pastoran. Selama kurang lebih 1 jam mereka beritirahat di GMK sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke lokasi dimana mereka akan melakukan kegiatan DID (semacam live in).
Dalam kesempatan berbeda, Romo Kris menambahkan bahwa semua peserta AYD memang diharapkan hadir pada Sabtu 29 Juli 2017 meskipun acara DID baru berlangsung dari tgl 30 Juli – 2 Agustus 2017; pertama, agar para peserta bisa beristirahat dan memulihkan tenaga sesudah menempuh perjalanan yang teramat jauh. Kedua, diharapkan mereka mempunyai waktu khusus untuk bersosialisasi dengan peserta lain, panitia lokal dan juga umat setempat. Rombongan dari berbagai negara ini kemudian dicampur dan dikelompokkan, lalu dikirim ke ketiga paroki yakni Paroki Kebun Arum, Paroki Sumber dan Paroki Bedono.
Romo Kris menjelaskan bahwa berbagai rangkaian kegiatan akan dijalani oleh peserta yang akan mengadakan DID di Paroki Kebun Arum. Pada hari minggu akan diadakan misa pembukaan dengan mengundang pula perwakilan umat se-kevikepan Semarang. Akan diadakan pula acara gelar budaya dan pada sorenya mereka akan diantar ke keluarga dimana peserta akan tinggal. Pada hari Senin mereka akan mengadakan semacam workshop tentang budaya, misalnya belajar musik gamelan. Pada hari Selasa para peserta akan mengadakan semacam exposure ke lokasi pemberdayaan masyarakat seperti meninjau kerajinan pembuatan kandang ayam, tempat pembuatan gamelan, penambangan pasir dll. Intinya mereka bisa belajar hal-hal berbeda yang menyangkut potensi dan persoalan masyarakat serta lingkungan hidup. Pada hari Selasa sore mereka kembali diantar untuk melakukan dinamika dengan keluaga dan umat lingkungan. Akhirnya pada Rabu pagi, mereka akan dijemput untuk diantar ke JEC sebagai lokasi pelaksanaan AYD 2017.
Di Paroki Sumber, Muntilan pada hari minggu 30 Juli juga akan diadakan misa pembukaan. Di paroki ini sebenarnya ada dua kegiatan bersamaan yakni DID untuk peserta AYD dan RYD (Rayon Youth Day) untuk rayon Kedu Selatan. Kedua kelompok peserta ini akan mendapatkan kesempatan berjumpa yakni pada acara exposure dan pembelajaran budaya serta gelar budaya. Pada siang harinya mereka akan diantar ke keluarga masing-masing agar bisa berinteraksi dengan keluarga. Pada hari Senin peserta DID di paroki Sumber akan melakukan proses pembelajaran di sekolah sawah yang merupakan ciri khas di Paroki Sumber. Mereka juga akan berkunjung ke komunitas pesantren, lalu dilanjutkan dengan acara dinamika keluarga dan dinamika lingkungan agar mereka paham bahwa di lingkungan itu ada kegiatan khusus untuk menghidupi iman umat. Pada hari Selasa mereka akan belajar seni tradisional yang berkembang di wilayah Sumber seperti kesenian Dayak Grasak, Topeng ireng, dll. Pada sore harinya mereka akan menampilkan kesenian pada acara gelar budaya dari apa yang mereka pelajari dari kesenian lokal.
Kegiatan untuk peserta AYD di paroki Bedono juga diawali dengan kegiatan misa pembukaan bersama umat Bedono ditambah dengan OMK sebanyak 150 orang dari wilayah se-kevikepan Semarang, dilanjutkan dengan dinamika bersama keluarga. Pada hari Senin, peserta akan belajar sesuatu yang unik dengan berkunjung ke Sodong Lestari dan Nawangsari. Sedangkan pada hari Selasa akan diadakan misa akbar di Gua Kerep dan pada malam harinya diadakan gelar budaya bersama dengan OMk rayon.
Sungguh ini merupakan rangkaian acara yang padat bagi para peserta AYD. Semoga mereka bisa belajar banyak dari pengalaman mereka tinggal dan berinteraksi dengan keluarga, sesama peserta dan umat setempat di Indonesia.
Pada kesempatan lain, ditemui di sela-sela menunggu kedatangan tamu dua uskup dari Korea, Clara Sita memberikan kesan terhadap kegiatan penerimaan tamu AYD. “Saya merasa sangat bersyukur Paroki Kalasan ditunjuk menjadi salah satu paroki yang dijadikan tempat transit peserta AYD yang akan melakukan live in.”
“Walaupun tidak dipungkiri bahwa saya dan teman-teman panitia merasa lelah dalam mempersiapkan segala hal bagi peserta AYD, tetapi kami bisa memiliki kesempatan untuk bertemu, berkenalan, dan saling bertukar cerita tentang kebudayaan masing-masing. Kami jadi bisa menambah teman baru. Dan dengan bertemu mereka, saya pribadi menjadi lebih bersemangat untuk berkarya sebagai anak-anak Tuhan Yesus. Saya merasa bahwa walaupun kami memiliki kebudayaan dan bahasa yang berbeda, kami tetap dipersatukan oleh Tuhan Yesus sebagai saudara,” ungkap Sita sambil tersenyum bangga.
Sementara Mikael Elang P. sekretaris panitia juga memberikan kesan serupa.
“Acara transit ini sedikit menggambarkan kegiatan AYD yang menggabungkan peserta dari banyak negara. Cara tiap peserta yang dari berbagai negara berinteraksi dengan ciri budayanya masing-masing sungguh menyenangkan, melihat mereka mencicipi masakan atau buah yang baru pertama kali mereka rasakan terkadang mengundang senyum,” jelasnya sambil tersenyum.
Mengenai tradisi dan budaya yang berbeda Elang juga memberikan kesan. “Beberapa negara bahkan menunjukkan tarian traditional atau nyanyikan traditional yang tak segan-segan mereka tunjukkan dengan alat, kostum dan tempat seadanya,” ungkapnya.
“Semua dinamika OMK tadi (walaupun terkendala keterbatasan lingua franca) dapat disatukan oleh karena satu iman yang sama, iman terhadap Yesus Kristus Tuhan kita, sungguh pengalaman yang sangat berkesan,” tegasnya mengakhiri kesan pesannya.
Terimakasih AYD! Joyful! GMK joss!
Catatan: foto dari Yusup dan dari berbagai sumber.