Cerpen: Senyum Terakhir
Oleh Megawati Lie
Dipandanginya kalender di meja kerjanya. Besok tanggal 22 Desember. Tiga hari lagi Natal tiba, lilin Adven yang keempat sudah dinyalakan beberapa hari lalu. Diembuskannya nafas kuat-kuat, berusaha mengusir kegundahan hati. Perasaannya sungguh bimbang, antara ingin memberikan ucapan selamat atas hari istimewa itu pada ibunya, atau membiarkan hari itu berlalu seperti hari-hari lainnya.
Kilasan masa lalu mendadak muncul dalam ingatan Rara. Terngiang kata-kata sang Bunda saat ia duduk di sekolah dasar. “Anak setan”, “Tidak tahu diuntung”, “Dasar durhaka”, dan kalimat menyakitkan lainnya yang setiap hari diterimanya. Ia tumbuh dewasa dalam linangan kata-kata itu tanpa bisa ditolaknya. Hingga kini di usianya yang seperempat abad, tidak ia ketahui apa kesalahannya hingga ibunya selalu mengutuknya seperti itu.
Perjalanan 300 km dilalui Rara untuk sampai ke tempat ini. Dinaikinya tangga menuju lantai 2 lambat-lambat sambil menata hatinya. Setangkai mawar putih di tangan kanan digenggamnya erat-erat. Diketuknya pintu kamar 207. Tidak ada jawaban. Perlahan Rara masuk. Dilihatnya sosok lemah seorang wanita di atas ranjang putih, diam tak bergerak. Seluruh tubuhnya dipasangi selang dan kabel yang terhubung ke alat-alat medis. “Ibu terserang stroke berat. Tidak ada harapan, kata dokter,” begitu kata adiknya seminggu lalu sambil menangis. Hidup ibunya hanya bergantung pada alat-alat itu, tapi keluarga besar menolak mencabutnya karena mereka penentang eutanasia. Rara meletakkan mawar putih yang dibawanya di sisi lengan sang Bunda, dikecupnya perlahan pipi dingin itu. “Selamat hari ibu. Aku mencintaimu dan telah memaafkanmu, Ibu.” Tiba tiba, selama sekitar 10 detik, ada lonjakan pada grafik monitor, diikuti suara ‘tiiiiit…’ dan garis lurus. Terlihat senyum tipis tersungging di bibir yang mulai membiru itu. Rara menyeka sudut matanya yang basah.
Catatan:
Megawati Lie adalah penulis yang tergabung dalam Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias (KPKDG). Saat ini tinggal di Bandung dan tekun menggeluti dunia tulis menulis.
Photo: taken from https://lenyyusay.wordpress.com/2013/07/16/the-real-job-of-parenting-moms-nurture/