Doa Gereja
Dalam tradisi persiapan penerimaan Sakramen Inisiasi bagi para katekumen dan calon baptis, terdapat upacara penyerahan doa Bapa Kami. Doa Tuhan yang dipandang pusaka dan doa yang sakral ini diserahkan kepada calon baptis untuk dihafalkan, dipahami, direnungkan, dan dihidupi.
Kalau sudah menguasai dan menghidupi, para calon baptis dapat mengikuti upacara penyerahan kembali doa Bapa kami ini kepada jemaat. Upacara ini bagus diadakan, walaupun bersifat fakultatif. Tetapi upacara ini menunjukkan dengan jelas doa Bapa Kami sebagai doa Gereja.
Doa Bapa Kami adalah doa Gereja. Itulah sebabnya, doa Bapa Kami termasuk doa pokok dalam rangka tiga Sakramen Inisiasi Kristen: Baptisan, Penguatan, dan Ekaristi.
Dalam semua tradisi liturgi, doa Bapa Kami merupakan bagian hakiki dari ibadat pagi dan sore (KGK 2768). Santo Yohanes Krisostomus berkata, “Tuhan mengajar kita berdoa untuk saudara-saudari kita secara bersama-sama. Karena Ia tidak mengatakan: ‘Bapaku’ di dalam surga, tetapi: ‘Bapa kami’, sehingga doa kita seperti dari satu jiwa mendoakan seluruh tubuh Gereja” (dikutip dari KGK 2768). Dalam perayaan Ekaristi, kita selalu mendoakan Bapa Kami sesudah Doa Syukur Agung selesai, dan sebelum penerimaan komuni. Mengapa? Katekismus Gereja Katolik memberikan penjelasannya yang sangat bagus:
Dalam perayaan Ekaristi, doa Tuhan merupakan doa seluruh Gereja. Di sini tampillah artinya yang penuh dan daya gunanya. Disisipkan di antara Doa Syukur Agung (anaphora) dan pembagian Komuni ia menyimpulkan, di satu pihak seluruh permohonan dan syafaat yang diucapkan dalam epiklese, di lain pihak ia memohon untuk diperbolehkan masuk ke dalam perjamuan perkawinan surgawi, yang diantisipasi dalam komuni sakramental (KGK 2770).
#Sekolah Liturgi