Ini soal makan bersama. Maem bareng. ‘Kembul bojana’. Tradisi tersebut, jika memang bisa disebut demikian, ternyata, ada sejak dulu kala. Makan, terlebih bersama orang terdekat memang tiada duanya.
Entah siapa memulai, yang pasti Leonardo da Vinci sudah membayangkan hal itu dan menuangkannya dalam satu karya monumental, The Last Supper. Hari ini, ketika jagad kuliner berada dalam masa keemasannya, nyaris tidak ada acara terlewat tanpa makan-makan. Bahkan, bujet untuk melampiaskan dahaga raga ini bisa melebihi anggaran-anggaran yang lain.
Acara rapat kantor kudu makan enak. Dolan bersama keluarga wajib mampir di restoran paling wuenak. Berdua dengan pasangan mau bersantap di mana sudah terpikir sejak sebelum berangkat. Pergi ziarah pulangnya harus makan di tempat langganan yang menunya bikin enggak fokus berdoa. Dan, lihatlah, para koruptor itu biasa menerima sogok di restoran mahal sembari memanjakan perut.
Demikianlah, makan bersama sudah menjadi budaya. Yesus, seperti dipotret Leonardo da Vinci, mengajak para muridnya makan bersama sesaat sebelum penderitannya di Golgota. Yesus, seperi banyak ditulis dalam Injil, tidak saja menjamu para murid, tetapi melayani mereka. Kita tidak sepenuhnya paham, atmosfer seperti apa yang melingkupi jamuan tersebut. Kita hanya bisa menduga-duga; para murid bahagia, tetapi Sang Guru memendam kepedihan.
Beda dulu beda sekarang. Kalau kini kita melihat orang makan bersama di satu tempat, bisa ditebak nuansa apa yang terbangun. Anda tidak percaya? Cek akun medsos mereka setelah makan.
Kamis pekan ini, gereja Katolik di seluruh penjuru dunia bakal memutih. Umat akan mengenakan atribut bernuansa putih. Gereja mengenang kembali peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Peristiwa itu dimaknai sebagai peristiwa kudus dan menjadi bagian dari perayaan Pekan Suci.
Saya teringat tahun 2008 lalu, saat majalah Tempo terbit dengan sampulnya yang bikin geger pasca-berpulangnya Soeharto. Pagi-pagi, bos menelepon: Carikan majalah Tempo, sekarang juga! Tanpa menunggu aba-aba lebih lanjut, saya beranjak. Terhenyak juga saya melihat cover majalah itu. Dan, ini rejeki saya, sebelum terkirim ke Malang, semalaman saya nikmati dulu majalah itu, gratis.
Selamat merenungkan perjamuan terakhir Yesus bersama para murid di Kamis yang putih ini…
Sleman, 13 April 2017.