dinamika Lingkungan
Edit Report
Wilayah
*
Lingkungan
*
User
*
Tanggal
*
Jenis
*
Nama Kegiatan
*
Keterangan Kegiatan
*
Pertemuan BKSN 3 Lingkungan Santo Yusuf Kringinan dilaksanakan pada hari Kamis, 19 September bertempat di rumah Bapak Andri Wirawan. Pertemuan kali ini dipandu oleh Bu Sisca dan Mas Noel. Pertemuan yang berlangsung dari pukul 19.00 sampai 21.00 WIB kali ini cukup menarik karena banyak umat mengatakan tidak mudah untuk memahami bacaan kitab suci yang dipaparkan. Dalam proses diskusi Pak Goro mencoba memberi penekanan tentang iman orang Katolik yang mengikuti konsep Paulus yaitu kesetiaan untuk tetap bertahan, bahkan saat keadaan sulit. Hal ini pula yang menjadi keunikan iman Katolik yakni setia tanpa pamrih. Selanjutnya Pak Krismiyanto menambahkan, “Dari sharing ini kita bertitik tolak pada dua kata yaitu hukuman dan kebenaran. Contohnya dalam dunia perusahaan ada aturan yang ditegaskan dan dijaga benar bahwa siapa yang menyimpan dan menggunakan miras, mabuk, dan mengganggu ketertiban umum, hukumannya adalah PHK bagi karyawan, sementara itu jika kontraktor yang melanggar wajib meninggalkan, sementara masyarakat wajib mengikuti hukuman sesuai wilayahnya. Sebagai orang Katolik saya tidak ingin terjerat dalam tersebut, sehingga tidak ingin semua hal tersebut. Jika dikaitkan dengan perikop, orang benar setia menantikan pengharapan yang belum jelas, tetapi Tuhan mengatakan itu pasti akan terjadi pada waktunya. Krisis yang dialami waktu itu sebagai orang Katolik seolah mendapat tekanan lebih. Jadi bukan hanya sekedar mematuhi aturan tetapi menjaga diri sebagai orang Katolik.” Pak Andri juga menambahkan bahwa orang mabuk kesadarannya berkurang. Padahal kita perlu selalu sadar. Sadar adalah kata yang mudah tetapi sulit dilakukan. Emosi membuat kesadaran berkurang. Yesus sebenarnya mengajarkan kepada para murid agar selalu sadar dan terhubung pada Roh Kudus sehingga melakukan hal yang benar. Kalau orang Jawa biasanya mengatakan eling dan waspada. Tanggapan dari Bu Ellis menyatakan bahwa ada rasa tanggung jawab yang selalu menyertai kita. Saat kita merasa bertanggung jawab terhadap sesuatu, maka kita akan mengupayakannya. Terkait hukuman, sebenarnya kita merasa bersalah pada diri sendiri yang otomatis tercipta ketika tidak bertanggung jawab. Upaya manusiawi yang dibangun adalah mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tanggung jawab. Kita sendiri yang mengukur, jika meleset kita sendiri yang biasanya akan merasakannya. Sementara itu Bu Endar mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. Kehidupan jika dijalani tidak pernah merasakannya sebagai hukuman. Jika menganggap sebagai hukuman seolah kita menganggap Tuhan menghukum kita. Tuhan bukan seorang penghukum. Lewat omongan kadang kita merasa biasa, tetapi bisa saja orang lain tersakiti. Kadang ada pembelaan diri. Dari berbagai peristiwa yang dialami kita belajar. Dengan kesabaran setipis tisu, saat ini belajar untuk lebih menjaga perasaan orang lain. Sharing terakhir diungkapkan oleh Pak Jendro. Beliau mengatakan hidup itu seperti pohon, jika dirawat akan menghasilkan buah yang baik. Hal ini dihidupi dalam keluarga. Selalu siap untuk memberikan pengampunan dan siap untuk mohon maaf jika menyakiti orang lain. Mengampuni menjadi pintu utama perwujudan kasih. Sebagai karyawan bertanggung jawab bekerja secara tekun, jujur sesuai kemampuan. Tidak selalu berhasil, tetapi yakin bahwa akan selalu bertumbuh.
Jumlah Hadir
*
Foto1
*
Foto2
*
Foto3
*
Publish
*
Link Web
*
Update
×
Delete record
×
‹
›
×
Loading...
Saving...
Loading...