Tema: ‘Maria Bunda Ekaristi’ direnungkan di awal bulan Mei, bulan yang dikhususkan untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Bulan Mei juga telah ditetapkan sebagai Bulan Liturgi Nasional, bulan untuk mendalami liturgi. Dalam Surat Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, yaitu: ECCLESIA DE EUCHARISTIA, (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja), tanggal 17 April 2003, tepat pada hari Kamis Putih, tahun ke dua puluh lima Pontificat Paus Yohanes Paulus II, tahun Rosario, diajarkan dan dijelaskan bahwa Maria adalah “Wanita Ekaristi”. Maria adalah “Bunda Ekaristi” (teks aslinya: Wanita Ekaristi) dalam seluruh atau sepanjang hidupnya.
- Maria menghidupi iman Ekaristinya, bahkan sebelum pendasaran dan penetapan Ekaristi yang dilakukan oleh Yesus Kristus – Puteranya dalam perjamuan malam yang terakhir bersama murid-murid-Nya. Pada kenyataannya, Maria mempersembahkan rahim perawannya kepada Penjelmaan Sabda Allah. Dengan mengandung Yesus Putera Allah dalam rahimnya, dalam tubuh dan darahnya, Maria mendahului dalam dirinya apa yang terjadi secara sakramental dalam diri setiap umat beriman yang menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam tanda roti dan anggur. Terjadi kemiripan yang mendalam antara kesanggupan atau ‘Fiat’ yang dikatakan oleh Maria ketika menjawab malaekat: ‘Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu’ dengan jawaban: ‘Amin’, yang diucapkan oleh umat beriman ketika menyambut komuni kudus, Tubuh Tuhan.
- Ketika Maria mengunjungi Elisabeth, dalam rahimnya terkandung Sabda yang telah menjadi daging. Dengan demikian Maria menjadi ‘tabernakel’, tabernakel yang hidup, tabernakel perdana dalam sejarah kehidupan manusia. Dalam rahim Bunda Maria itu Putra Allah, yang belum terlihat oleh mata manusia, membiarkan Diri-Nya disembah oleh Elisabeth. Dari dalam rahim Bunda Maria, Putra Allah memancarkan terang-Nya melalui mata dan suara bunda-Nya.
- Dalam kunjungannya kepada Elisabeth itu Bunda Maria memadahkan pujian yang sangat terkenal yaitu madah atau nyanyian atau kidung ‘Magnificat’, artinya ‘Jiwaku Memuliakan Tuhan’. Madah magnificat ini menjadi kunci untuk memahami dan menghayati Ekaristi. Bukankah Ekaristi, sebagaimana madah magnificat yang diucapkan oleh Maria ini, pertama-tama dan utama adalah madah pujian dan syukur? Ketika Bunda Maria melambungkan madah: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku’, dia telah mengandung Yesus dalam rahimnya. Bunda Maria memuliakan Tuhan ‘melalui’ Yesus, dan ia juga memuji Tuhan ‘dalam’ dan ‘bersama’ Inilah sebenarnya penghayatan dan sikap ‘Ekaristi sejati’. Madah magnificat mengungkapkan spriritualitas Maria, dan inilah yang paling agung dari segala spiritualitas untuk membantu kita mengalami misteri Ekaristi. Ekaristi telah diberikan kepada kita agar hidup kita, seperti Maria, semakin sempurna menjadi madah pujian untuk kemuliaan Tuhan.
- Ketika Bunda Maria membawa Yesus ke bait suci di Yerusalem untuk ‘mempersembahkan-Nya kepada Tuhan’ (Luk. 2:22), Simeon menubuatkan bahwa Yesus akan menjadi ‘tanda pertentangan’ dan bahwa sebuah pedang akan menusuk jantungnya (Luk 2:34-35). Dengan mengatakan seperti itu Simeon menubuatkan tragedi penyaliban Yesus dan semua yang akan dialami oleh Bunda Maria di bawah salib. Sejak saat itu sudah diberitakan kasatuan sempurna dan utuh antara Bunda Maria dengan Yesus Putra-Nya dalam penderitaan, kesengsaraan, wafat dan akhirnya kebangkitan-Nya.
- Yesus dalam perjamuan malam yang terakhir bersama dengan murid-murid-Nya mengambil roti dan bersabda: ‘Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu’ (Luk 22:19). Tubuh yang diserahkan oleh Yesus kepada murid-muridNya waktu itu dan sekarang kepada kita dalam Ekaristi adalah tubuh yang sama, yang dikandung dalam rahim Bunda Maria. Bagi Bunda Maria, menyambut Ekaristi tentulah merupakan saat sekali lagi menyambut dalam rahim dan hati Yesus yang telah bersatu dengan dirinya serta menyegarkan apa yang telah dialaminya di kaki salib.
- Setelah Yesus bangkit, para murid dan orang-orang yang percaya kepada Yesus bertekun dalam pengajaran para rasul, berdoa, dan memecahkan roti. Mereka menjual apa yang dimilikinya dan dibagikan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Semua menjadi milik bersama. Bunda Maria selalu hadir di antara para rasul yang sedang berdoa ‘sehati’ (Kis 1:14), pada komunitas perdana yang berkumpul sesudah Kenaikan Tuhan Yesus sambil menantikan Pentakosta. Tentulah Maria telah hadir dalam Perayaan Ekaristi pada generasi pertama Gereja, yang sangat setia kapada ‘pemecahan roti’ (Kis. 2:42).
Saya berharap dengan bertekun dalam devosi kepada Maria Bunda Ekaristi para frater dapat semakin mencintai Ekaristi. Ada doa yang sangat bagus, doa kepada Perawan Maria Bunda ‘Ekaristi’.
- O…Perawan Maria, Bunda Sakramen Mahakudus, kemuliaan orang-orang kristiani, sukacita seluruh Gereja dan harapan seluruh dunia, doakanlah kami. Kobarkanlah dalam diri semua orang beriman devosi yang hidup kepada Ekaristi Mahakudus, sehingga mereka semua menjadi pantas untuk menerima Komuni Suci setiap hari. Doakanlah kami, ya Santa Perawan Tak Bernoda, Bunda Sakramen Mahakudus.
- Agar Kerajaan Ekaristi Yesus Kristus tinggal di antara kita.
Ada banyak bentuk atau wujud kegiatan yang mengungkapkan kecintaan pada Ekaristi, misalnya: tekun mengikuti misa, melakukan ‘visitasi’ atau kunjungan kepada Sakramen Maha Kudus, tekun melakukan adorasi Ekaristi, hening berdoa dalam hati dengan penuh syukur sesudah menerima komuni, menyembah dengan rendah hati dan penuh hormat Sakramen Maha Kudus saat konsekrasi. Gereja mengajarkan kepada kita, dalam bahasa Latin: ‘Per Mariam ad Jessum’ artinya melalui Maria sampai kepada Yesus. Selamat berdevosi. Semoga kita semakin nampak dan dikenal sebagai: ‘Ecclesia Orans’ yaitu Gereja yang berdoa.
Rm. Robertus Budiharyana Pr