Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2018 – Hari ke – 25
-Merenungkan-
Tirakatan dan Bedhah Bumi
Beberapa hari yang lalu, keluarga Pak Wahyu berduka karena anak sulung mereka, Rusmanto, dipanggil Tuhan. Para tetangga berkumpul di rumah Pak Wahyu untuk memberikan penghiburan. Pada malam hari sebelum pemakaman, seluruh umat lingkungan berkumpul dan mengadakan doa tirakatan.
Sementara yang muslim juga berdoa dengan cara mereka sendiri. Pagi harinya, umat mempersiapkan segala sesuatu untuk Misa Pemberkatan Jenazah, sementara tetangga-tetangga yang lain sibuk di makam untuk bedhah bumi (menggali kubur).
Tirakatan biasa diadakan pada malam hari menjelang hari pemakaman. Tirakatan ini dapat diadakan dalam rangka Misa Tirakatan atau Ibadat Tirakatan. Doa tirakatan ini diadakan bukan hanya untuk memohon belas kasih Allah bagi saudara kita yang meninggal, tetapi juga untuk menemani keluarga yang ditinggalkan sebagai ungkapan belarasa kita kepada keluarga ini.
Terlebih menyambut ajakan Yesus: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). Begitu pula dengan berkumpul bersama dan berdoa dalam rangka tirakatan ini, iman kita bersama diteguhkan oleh kehadiran Tuhan yang membawa damai dan pengampunan berkat belas
kasih-Nya.
Doa tirakatan dapat dilakukan dengan mengikuti buku Tata Laksana Melepas Jenazah halaman 31-48. Bila tiba hari untuk Misa atau Ibadat Pemberkatan Jenazah pada pagi atau siang harinya, di makam biasanya diadakan upacara bedhah bumi. Upacara ini adalah doa saat penggalian makam dimulai. Doa dapat dipimpin oleh prodiakon atau salah seorang anggota keluarga, dan bahkan apabila seturut kebiasaan setempat dipimpin oleh modin juga tidak masalah, sebab bagaimana pun yang terpenting adalah Misa atau Ibadat Pemberkatan Jenazahnya.
Doa untuk bedhah bumi dapat dirumuskan sendiri, yang intinya memohon agar Allah memberkati makam yang digali ini agar boleh menjadi tempat yang layak bagi jenazah yang akan dimakamkan.