
Semangat solidaritas dan subsidiaritas tidak hanya terbatas di lingkup gereja dan di masa Prapaskah, tetapi di mana pun dan kapan pun, sebagai semangat dasar hidup Gereja universal yang dihidupi seluruh Gereja Katolik di seluruh dunia sepanjang segala masa. Hal ini merupakan prinsip dasar yang melandasi pertemuan APP V, yang dirumuskan dalam tema ‘Mengenal Jejaring Solidaritas dalam Gereja Katolik dan Dana Sosial Gereja. Umat Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir membahas tema ini dalam pertemuan APP V pada hari Jumat, 11 April 2025 di rumah Keluarga Imanuel Tony Eko Laksono. Tidak kurang tiga puluh tiga (33) umat hadir dalam pertemuan APP V ini, sekaligus mengadakan kegiatan arisan rutin lingkungan.

Setelah umat membereskan kewajibannya membayar arisan, yang merupakan putaran terakhir, pertemuan rutin lingkungan pun dimulai tepat pukul tujuh malam. Setelah dibuka oleh ketua LGAK RB Maryanto dengan ucapan selamat datang kepada semua umat yang hadir dan ucapan terima kasih kepada Keluarga Tony yang telah menyediakan tempat, Theovilus Suwarto pun segera mengawalinya dengan lagu pembula dari buku Madah Bakti nomor 66. Lagu ini membawa umat ke dalam suasana permenungan dalam pertemuan APP kelima. Dilanjutkan dengan doa pembuka dan melakukan penelitian batin bersama-sama. yang dipandu oleh Lambert Tallulembang. Pembacaan perikop Kitab Suci dibacakan bersama-sama secara perlahan sambil meresapkan isinya. Lambert menyampaikan bahwa umat gereja perdana sudah menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas dengan saling membantu dan mencukupi kebutuhan orang lain dalam kelompoknya, bahkan juga mewujudnyatakan kepedulian umat beriman dengan mengirimkan bantuan kepada umat Kristen di Yerusalem. Semangat solidaritas dan subsidiaritas ini merupakan ciri khas hidup Gereja Katolik yang tetap berkembang hingga sekarang yang diwujudkan dalam dana-dana sosial Gereja, seperti dana papa miskin, dana APP, dana pendidikan, dana kesehatan, dana kematian, dll. Yang dikelola paroki-paroki di wilayah Keuskupan Agung Semarang. Gereja Maria Marganingsih Kalasan pun juga telah mewujudnyatakan hal ini didukung oleh semua wilayah dan lingkungan. Lingkungan Gregorius Agung Kaliajir pun juga terlibat dan ambil bagian dalam pengumpulan dana-dana sosial gereja. Umat LGAK yang membutuhkan pun dapat merasakan secara langsung manfaatnya. Namun, tidak semua umat yang diajukan lingkungan untuk menerima bantuan dana papa miskin serta merta menerimanya. Bukan karena gengsi, tetapi yang bersangkutan melihat masih ada umat lain di tempat lain yang jauh lebih membutuhkan. Ada rasa bangga dan terharu, karena yang bagi orang lain dianggap perlu dibantu, ternyata ybs tetap memiliki rasa syukur dan kepedulian pada orang lain. Sejatinya, membangun semangat solidaritas dan subsidiaritas memang seyogianya dimulai dari masing-masing individu, bukan dari orang lain. Informasi seputar dana sosial paroki disampaikan secara transparan oleh Theresia Yuliastutie, RB Maryanto, dan Theovilus Suwarto sehingga memberikan pemahaman yang cukup membantu bagi umat LGAK.

Pukul 20.15 WIB pertemuan diakhiri dengan doa umat dan doa penutup. Ketua lingkungan pun menyampaikan beberapa pengumuman, antara lain tentang tugas among tamu dan kerja bakti untuk persiapan Ekaristi Kamis Putih, serta rencana kunjungan kepada Athanasius Saliman yang baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjalani operasi. Petugas telah ditunjuk, waktu kerja bakti, dan waktu anjangsana telah disepakati, umat pun pamit meninggalkan rumah keluarga Tony untuk melanjutkan aktivitas di rumah masing-masing. Kebersamaan umat dalam doa yang selalu menghadirkan rasa damai dan bahagia.