Perayaan Minggu Palma merupakan awal yang penuh makna dari rangkaian perayaan Pekan Suci, saat umat Katolik diajak untuk merenungkan kembali kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Meskipun perayaan Minggu Palma tahun ini diadakan tanpa perarakan karena keterbatasan tempat, hal tersebut sama sekali tidak mengurangi kekhidmatan dan makna mendalam dari liturgi yang berlangsung.
Cuaca pagi itu yang begitu cerah seolah menjadi anugerah tersendiri, mengundang banyak umat hadir dan bersama-sama mengikuti misa dengan penuh semangat dan kesungguhan hati.
“Antusiasme umat luar biasa. Umat yang hadir tercatat 850 umat, meskipun hanya gereja sementara. Petugas tatib bekerja keras agar umat bisa duduk dan beribadah dengan nyaman, dan juga bisa menerima komuni dengan nyaman. Dan semua teratasi dengan baik karena kesigapan petugas tatib”, kata Aleksius Gus Nanang, petugas tata tertib dari Lingkungan St. Yohanes Karangnongko.

Misa Minggu Palma yang berlangsung pada Minggu, 13 April 2025, pukul 08.00 WIB di Gereja Maria Marganingsih Kalasan dipersembahkan oleh Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr. Suasana perayaan semakin hidup dengan kehadiran Bintang Efrata Aprilia sebagai lektor, yang membawakan bacaan dengan jelas dan khidmat.
“Semua pemazmur bisa bertugas dengan lancar karena selama ini mereka berlatih dengan tekun”, ujar Angela Karina Dewanti, PJ pemazmur pekan suci.
Lagu-lagu pujian yang merdu dan penuh semangat dinyanyikan oleh petugas paduan suara dari Wilayah Santa Agatha Kalasan Timur, yang berhasil menghadirkan suasana liturgi yang menggugah hati.
“ Puji Tuhan semua berjalan dengan lancar dan meriah. Semua prosesi dijalankan dengan lengkap dan teman-teman anggota koor juga bernyanyi dengan penuh semangat”, ujar Antika Maharani, dirigen koor Wilayah Santa Agatha.

Di tengah perayaan yang berlangsung dengan khidmat, terjadi insiden kecil ketika salah seorang umat jatuh pingsan. Namun, berkat kesiapsiagaan tim kesehatan paroki, situasi tersebut dapat ditangani dengan cepat dan baik, sehingga misa dapat tetap berlangsung dengan lancar.
Tak kalah penting, Kisah Sengsara Tuhan Yesus dibacakan secara mendalam dan penuh penghayatan oleh empat petugas passio: Anna Christina Yudatama, Monica Sheva, Filipus Dimas, dan Benedictus Lando Iskandar.
“ Baru pertama kali bertugas di paroki sendiri dan sebelumnya sudah pernah bertugas waktu di seminari dan di Jakarta waktu novisiat namun “feel” nya berbeda waktu bertugas di paroki sendiri karena suasana lebih mendukung dan menjadi tantangan bagi saya untuk memberikan yang terbaik. Saya berdoa di awal bertugas agar bisa memerankan tokoh Yesus dengan baik. Saya berdoa agar merasakan apa yang dirasakan Yesus ketika disiksa, dihina, dan disalib dan doa saya dikabulkan Tuhan”, jelas Filipus Dimas, OMK asal Lingkungan St. Yusup Kringinan yang memerankan tokoh Yesus.
Dalam homilinya, Romo Dadang secara reflektif mengangkat makna simbolis dari keledai dalam Injil Lukas 19:28-40, yang disebutkan hingga tujuh kali. Keledai dipilih bukan tanpa alasan, melainkan sebagai lambang kesederhanaan dan kerendahan hati, karena merupakan hewan yang biasa digunakan untuk mengangkut beban. Yesus yang dielu-elukan masuk ke Yerusalem dengan mengendarai keledai bukan tampil sebagai raja duniawi yang agung dan megah, melainkan sebagai Raja Damai yang siap menanggung penderitaan umat manusia dengan penuh ketaatan kepada kehendak Allah.
Selain itu, Romo Dadang juga menyinggung tentang kota Yerusalem yang sering disebut dalam lagu-lagu liturgi yang dinyanyikan pagi itu. Ia menjelaskan bahwa kata “Yerusalem” dapat dipahami dalam dua sisi: “Yeru zalim” yang menggambarkan realitas kegelapan—tempat di mana para nabi ditolak dan bahkan dibunuh, dan “Yeru shallom” yang melambangkan kota damai—di mana Allah membangkitkan Yesus dan menghadirkan sukacita serta keselamatan bagi umat manusia. Kota Yerusalem, dalam makna terdalamnya, menjadi simbol kontras antara penderitaan dan harapan, antara penolakan dan penerimaan kasih Allah.

Minggu Palma mengajak kita semua untuk tidak sekadar mengenang, tetapi sungguh-sungguh mempersiapkan hati dan membuka diri terhadap sabda Tuhan yang hadir dalam bacaan-bacaan suci selama Pekan Suci. Gereja mempersiapkan bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Senin, Selasa, dan Rabu berikutnya, sebagai panduan rohani menuju perayaan Tri Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, dan Vigli Paskah.
Semoga perayaan Minggu Palma ini menjadi pintu masuk bagi setiap hati yang rindu untuk semakin mendekat kepada Kristus, yang dengan kasih-Nya yang tak terbatas, rela menapaki jalan salib demi keselamatan umat-Nya. Kiranya kita pun dimampukan untuk menyertai Dia dalam sengsara, wafat, dan akhirnya bersukacita bersama dalam kebangkitan-Nya.
Catatan : Foto-foto oleh Komsos