KOMSOS-GMMK. Bulan Oktober, dikenal sebagai Bulan Maria, memunculkan banyak kegiatan keagamaan, di antaranya doa rosario yang dilaksanakan sepanjang bulan. Selain itu, umumnya terdapat kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci yang terkait dengan Bunda Maria. Lingkungan Santo Stefanus Karanglo turut melaksanakan kegiatan ziarah pada hari Minggu, tanggal 29 Oktober 2023. Acara ini dimulai pukul 05.30, saat umat mulai berkumpul di TK/SD IT Kadirojo. Pada pukul 06.00, setelah doa, perjalanan ziarah dimulai dengan 51 orang menggunakan bus menuju Gua Maria Kaliori di Banyumas, Jawa Tengah, yang sekitar 150 km atau 4,5 jam perjalanan dari Yogyakarta. Gua Maria Kaliori, yang diberkati dan diresmikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 Desember 1980, menjadi tempat yang dihormati dan menjadi tujuan ziarah bagi umat.
Suasana ceria dan kegembiraan terlihat selama perjalanan, diwarnai dengan acara karaoke yang menampilkan lagu-lagu kenangan yang menjadi favorit peserta, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang paruh baya. Acara karaoke menjadi kesempatan bagi mereka untuk menemukan potensi dalam menyanyi serta menambah anggota koor. Puncak ziarah adalah Ibadat Jalan Salib, yang menjadi kegiatan utama perjalanan. Melalui Jalan Salib, umat merenungkan kisah sengsara Yesus sebagai sarana pertobatan dan penghayatan akan dosa. Doa jalan salib diambil dari Puji Syukur no. 200 dan dipimpin oleh dua orang prodiakon, yakni FX. Susesno Ariyanto dan Geraldus Wakijo. Perjalanan jalan salib dilakukan dengan rute yang menanjak dan berkelok. Meskipun teriknya sinar matahari, antusiasme umat tetap tinggi.
Selain Gua Maria Kaliori, mereka juga mengunjungi Batu Raden, Purwokerto, dalam perjalanan ziarah ini. Saat tiba waktu untuk kembali, hujan turun sejenak, memberikan kesegaran tersendiri, menyela cuaca panas Yogyakarta. Keseluruhan perjalanan ziarah ini, serta doa rosario yang dilakukan sepanjang Oktober, memberikan inspirasi tentang kesabaran, sukacita, dan keteladanan dari sikap Bunda Maria. Ia menghadapi perutusan dengan sukacita sejati, bukan pura-pura, dan hal ini menjadi contoh yang dapat dipetik untuk memahami rahmat Tuhan dan membawa sukacita dalam hidup. Seperti Bunda Maria yang menyambut kabar gembira dengan sukacita sejati, demikian juga kita diajak untuk menghargai anugerah Tuhan dengan penuh kegembiraan dalam menjalani perjalanan kehidupan kita.