“Perbedaan itu terjadi atas seijin Tuhan supaya akal dan pikiran yang diberikan dapat dipakai untuk berpikir. Kalau Tuhan saja mengijinkan perbedaan, masak kita manusia mau menghilangkan perbedaan itu,” kata Haji Purwanto yang memimpin Kenduri Syukuran Pesta Nama Gereja Santo Lukas Prambanan yang ke-46.
Menyusul kegiatan Sepeda Gembira yang dilaksanakan pada hari Minggu 15 Oktober 2017, pada hari Selasa 17 Oktober 2017 pukul 18.00 diselenggarakan kenduri dengan warga sekitar Gereja Santo Lukas Prambanan. Kenduri ini masuk dalam rangkaian kegiatan Pesta Nama Gereja Santo Lukas. Kenduri ini dihadiri oleh warga Dusun Gembol di mana gedung gereja Santo Lukas berlokasi. Setiap kegiatan pesta nama diselenggarakan, diusahakan untuk dapat diselengarkan kenduri dengan warga sekitar. Selain untuk terus menjalin silaturahmi juga sangat bermanfaat bagi semua pihak dalam masyarakat.
Dalam kata pengantar sambutannya, Ketua Wilayah Santo Lukas Prambanan Maximilianus Sugeng Suyono mengucapkan terima kasih atas dukungan dan peran serta warga Dusun Gempol sehingga kegiatan menggereja selama 46 tahun dapat berlangsung dengan baik. Upacara kenduri yang dilaksanakan dengan tatacara doa secara Muslim dipimpin oleh Haji Purwanto. Beliau adalah seorang pemuka masyarakat di Dusun Gempol.
Dalam uraiannya, Haji Purwanto menyampaikan bahwa pada faktanya tidak ada yang dapat hidup sendiri. Dalam hidup bersama dengan pihak lain tentu membutuhkan sikap toleran yakni hidup toleran bersama dengan tetangga, dengan masyarakat sekitar dan juga pada lingkup yang lebih luas bersama seluruh bangsa di negara kesatuan republik Indonesia.
Dicontohkan bahwa dari yang hadir kenduri saja berpenampilan bermacam-macam; ada yang memakai topi, ada yang memakai kopiah dan yang gundul. Maka betapa perbedaan yang terjadi adalah sesungguhnya merupakan kehendak Tuhan, dengan seijin Tuhan. Maka bila Tuhan saja mengijinkan perbedaan, maka manusia sejatinya tidak berhak menolak perbedaan. Haji Purwanto juga menyampaikan bahwa dalam tata pergaulan harus memakai adat dan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat sekitar, dan dilandasi dengan rasa dan hati. Karena sejatinya Tuhan tinggal di hati semua orang.
Lebih lanjut, Haji Purwanto mengajak supaya semua usaha untuk memuji kebesaran Tuhan dapat berlangsung untuk seterusnya. Dan permohonan ini secara khusus dilisankan atau diucapkan. Karena hal-hal yang tersembunyi di dalam hati saja diketahui oleh Tuhan, maka hal-hal yang dilisankan dengan doa bersama tentu akan didengar oleh Tuhan. Setelah menyampaikan hal-hal terebut, Haji Purwanto kemudian memandu yang hadir untuk berdoa bersama.
Panitia Kenduri diampu oleh Fransiscus Xaverius Suhartono dan Benediktus Widodo Prasetio. F.X Suhartono memberi kesan mendalam dengan acara kenduri ini.
“Acara kenduri ini sungguh baik dengan menghadirkan tokoh muslim yang cukup punya nama. Isi kotbahnya juga nasionalis sekali. Dengan demikian apa yang menjadi ujub serta cita-cita kita /Gereja bisa tersampaikan dan terwujud,” ungkap FX Suhartono.
Widodo Prasetio juga sangat mengapresiasi apa yang disampaikan Haji Purwanto serta menggarisbawahi hal yang pernah disampaikan Romo Budiharyana,Pr. dalam sebuah homili yakni bahwa rajin mengikuti misa pada hari Minggu belum dapat menjadi ukuran sebuah iman yang mendalam kalau belum terlibat secara aktif dan positif dalam kehidupan bermasyarakat yang plural.
Salah seorang anggota Panitia Kenduri Ag.Budiyantoro dari Lingkungan Santo Paulus Kotesan menyampaikan rasa syukur bahwa kenduri dapat terlaksana sesuai rencana dan berlangsung dengan baik.
Pada malam harinya, Panitia Kenduri berkumpul untuk mensyukuri atas terlaksananya ujub kenduri dengan masyarakat sekitar yang bisa berlangsung lancar dan positif. Berkenan hadir pada malam itu Romo Budiharyana,Pr. dan Romo Wagiman Wignyasumantara,Pr. Selain diisi makan malam bersama, para romo menyempatkan untuk berdiskusi dengan umat yang hadir.
Kontributor: Adrian Diarto. Ketua Lingkungan St.Yustinus.