Pada hari minggu, 29 Oktober 2017, umat lingkungan St Elizabeth Kaltim mengadakan kegiatan ziarah ke gua Maria Taroanggro, di kawasan perbukitan berhawa sejuk beberapa kilometer sebelum kota Wonosobo. Sebanyak 56 umat mengikuti kegiatan ziarah yang merupakan kegiatan rutin dua tahun sekali. Rombongan berangkat pukul 6.30 pagi dari Kalasan dan baru sampai di lokasi sekitar pukul 10. Pemandangan yang mempesona dengan hambaran perbukitan hijau selepas kota Temanggung menjadi hiburan tersendiri bagi peziarah. Apalagi pada hari minggu itu cuaca tampak cerah sehingga gunung Sindoro dan gunung Sumbing terlihat sangat menawan dan tampak berdiri gagah seperti tengah menyambut kedatangan para peziarah.
Di dalam perjalanan, peziarah mendapatkan hiburan menarik dengan pembagian doorprize yang dipandu dengan apik oleh Laurensia Frida Alfiani, aktivitis gereja yang masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Atmajaya. Di sepanjang perjalanan para peziarah juga mendapatkan penjelasan singkat dari pemandu perjalanan tentang beberapa tempat bersejarah yang ada di sekitar rute perjalanan. Menurut penuturan panitia, tujuan dari penjelasan ini adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat terutama bagi anak-anak agar semakin memahami lokasi-lokasi bersejarah serta peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi. Pemandu dalam perjalanan ini, misalnya, menjelaskan mengenai keberadaan wisma salam, bencana lava dingin Kali Putih, Klenteng di Muntilan yang menampung tiga agama sekaligus (Buddha, Tao dan Khonghuju), kerajinan batu di Prumpung, Muntilan, pondok pesantren Pabelan, seminari Mertoyudan, dll.
Rombongan sampai di lokasi ziarah sekitar pukul 10. Gua Maria Taroanggro ini relatif masih baru namun telah berhasil menarik banyak peziarah dari berbagai kota untuk berziarah terbukti dengan banyaknya bis dan kendaraan pribadi yang terparkir di sepanjang jalan dari jalan utama Parakan – Wonosobo sampai mendekati lokasi gua Maria. Sesudah beristirahat sejenak, rombongan peziarah kemudian melakukan kegiatan jalan salib. Lokasi perhentian jalan salib di lokasi ziarah ini cukup pendek dan harus bergantian dengan rombongan peziarah lain.
Di samping itu, lokasi jalan salib juga sangat berdekatan dengan gua Maria sehingga keheningan perlu terus dijaga, apalagi pada waktu itu tengah berlangsung perayaan ekaristi. Sesudah ritual jalan salib usai, rombongan kemudian melakukan doa pribadi di depan gua Maria dan juga di gua adorasi – semacam ruang khusus untuk adorasi pribadi. Lokasi ziarah gua Maria ini nampaknya perlu dilengkapi dengan fasilitas MCK yang memadai bila melihat banyaknya jumlah peziarah yang berkunjung.
Sekitar pukul 12.30, rombongan peziarah melanjutkan perjalanan ke Pertapaan St. Maria Rowoseneng yang berlokasi di wilayah terpencil, 14 km dari kota Temanggung. Sesudah melewati jalan sempit dan berliku-liku di tengah pepohonan rindang di kanan kiri jalan, akhirnya rombongan sampai ke lokasi pertapaan Rowoseneng. Di lokasi pertapaan, rombongan mendapatkan penjelasan singkat dari Yoseph, karyawan bagian penerima tamu, tentang sejarah, kegiatan dan misi dari pertapaan Rowoseneng. Dijelaskan oleh Yoseph tentang aturan-aturan yang berlaku bagi para rahib. Ada 3 romo yang sekarang berada di pertapaan, ditambah beberapa frater. Mereka semua terpangggil untuk menjadi pendoa.
“Kegiatan utama para rahib adalah berdoa. Para rahib melakukan 7 kali ibadat doa setiap hari. Di luar itu, mereka melakukan kegiatan rutin seperti berkebun, beternak dll. Dari kegiatan rutin ini mereka bisa menghasilkan produk susu, roti dll. Pada dasarnya, mereka semua terpanggil untuk menjadi pendoa,” jelas Yoseph.
Sesudah mendapatkan penjelasan dari Yoseph, rombongan diperkenankan untuk mengikuti ibadat siang pada pukul 2. Selama 15 menit rombongan mengikuti ibadat di kapel pertapaan Rowoseneng. Peziarah bisa mengetahui bagaimana para rahib melakukan ritual ibadat doa dan ini sungguh sangat menyentuh sekaligus menginspirasi bahwa keheningan adalah jalan benar untuk mencari Tuhan. Semua lagu didoakan dengan irama gregorian sehingga suasana khusuk selama ibadat sungguh bisa tercipta.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan acara santai di pelataran museum Rowoseneng. Beberapa peserta berbelanja susu, yogurt dan roti di toko yang bersebelahan dengan museum Rowoseneng. Di museum ini dipajang berbagai macam pernak-pernik peralatan misa yang pernah dipakai di pertapaan, juga foto-foto perjalanan panjang pertapaan. Yang menarik, di museum ini juga terdapat beberapa kata bijak (quotes) yang ditulis di papan kayu. Beberapa kata bijak ini seperti menjadi sari-sari roh yang selama ini menjiwai kehidupan rohani para rahib di pertapaan Rowoseneng. Salah satu kata-kata bijak adalah “Jika Anda selalu menghakimi, maka Anda tidak akan menemukan kebahagiaan dan kebijaksanaan”.
Acara kemudian dilanjutkan dengan acara santai dan perayaan ultah dari salah satu peserta bernama Nikolas Yordan Prasaja. Peserta menyanyikan lagu “Selamat Ultah” dilanjutkan pemotongan kue ultah dan tiup lilin. Sungguh acara yang sangat menarik. Beberapa peserta juga sempat berkaroke ria sambil menikmati acara “lutisan” yang digagas oleh ibu-ibu lingkungan.
Di sela-sela acara Archadius Hartono, ketua lingkungan St Elizabeth, menyatakan rasa bahagianya dengan acara ziarah ini.
“Tujuan dari kegiatan ziarah ini adalah untuk menumbuhkan keakraban umat dan untuk mengajak umat agar lebih bisa menghayati imannya lewat penghormatan kepada Maria. Di pertapaan Rowoseneng ini kita juga mencoba melihat bagaimana para rahib mengabdikan dirinya kepada Tuhan melalui doa dan karya. Saya sangat bangga dan senang dengan keterlibatan umat. Jumlah pesertanya 56. Jumlah ini melebihi kuota yang kami sediakan. Antusiasme umat sungguh luar biasa,” jelasnya sambil tersenyum bangga.
Sementara itu FX Fendi Tri Wibowo, peserta ziarah yang merupakan staf pengajar di SMK PL Klaten, juga mengungkapkan rasa bahagiannya mengikuti ziarah ini. “Ini luar biasa. Saya sangat senang dengan keakrabannya. Saya pengin kegiatan seperti ini lebih sering diadakan,” ucapnya sambil tertawa.
Semoga acara ziarah ini membawa semangat baru dalam kehidupan menggereja di kalangan umat lingkungan St Elizabeth.