Frase “Menjadi Minoritas yang Visioner” menegaskan salah satu kata kunci yang menjadi kesimpulan pada rekoleksi lingkungan Santo Yakobus, wilayah Santo Yusuf, Kalasan Barat. Rekoleksi tahun ini mengusung tema “Menanggapi Rahmat Allah Dalam Hidup Keseharian”. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka pesta nama lingkungan yang diperingati setiap tanggal 3 Mei. Acara rekoleksi ini merupakan agenda kegiatan yang disusun sebagai program kegiatan lingkungan tahun 2019. Tujuan pemilihan tema pada rekoleksi tahun ini adalah untuk mengajak umat agar mau berefleksi atas hidup yang dijalani dan mampu membuat aksi nyata atas rahmat Allah yang diterima dalam hidup sehari-hari.
Rekoleksi dilaksanakan tanggal 1 Mei 2019 di Wisma Universitas Sanata Dharma (USD) di Putat, Patuk, Gunung Kidul. Wisma ini baru diresmikan pada tanggal 24 April 2019 oleh Rektor USD. Rekoleksi diikuti oleh semua umat lingkungan. Kegiatan dibagi dalam tiga kelompok yakni kelompok dewasa, kelompok muda dan kelompok anak-anak.
Nara sumber kelompok dewasa adalah Rm. Dr. I. L. Madya Utama, S.J. yang sekarang berkarya sebagai dosen USD. Dalam rekoleksi ini Rama Madya mengajak peserta rekoleksi untuk memahami dan menghayati diri sebagai seorang kristiani. Beberapa pokok permenungan diangkat dalam kelompok ini. Pertama, kita diajak untuk melibatkan diri secara sosial, sejalan dengan ajaran Injil yaitu mendorong manusia untuk memperjuangkan kasih, keadilan, kebenaran dan perdamaian. Kedua, kita diajak untuk memahami spiritualitas Katolik yaitu spiritualitas yang memeluk keberdosaan dan carut marut dunia dan berjuang untuk memperbaharui keadaan dari dalam. Poin ketiga, kita diajak untuk mewujudkan paguyuban umat beriman yang menjadi garam dan terang di tengah masyarakat.
Rama Madya mendorong umat lingkungan untuk membaur dengan masyarakat dengan tidak ragu untuk mau berperan sebagai pemimpin masyarakat secara konkrit, misalnya menjadi ketua RT, ketua RW, Dukuh, dsb. Sikap membaur di masyarakat dalam semua segi kehidupan baik sosial-budaya, sosial ekonomi ataupun sosial politik secara langsung merupakan kesaksian tentang Injil Yesus Kristus.
Poin keempat adalah tentang menjadi garam dunia dengan membangun solidaritas. Solidaritas muncul dari iman yakni iman akan Kristus yang menjadi miskin, yang dekat dengan kaum miskin dan tersingkir. Solidaritas juga ditujukan untuk orang miskin agar mereka bisa hidup bermartabat sehingga mereka mendapat akses pendidikan yang memadai, layanan kesehatan yang terpenuhi dan pekerjaan dengan upah yang adil. Bahan renungan dari Rama Madya direfleksi oleh umat dengan apa yang telah mereka lakukan dalam lingkungan dan menjadi peneguhan dalam keterlibatan di masyarakat.
Pada kelompok muda yang diolah adalah memahami orang lain dari sudut pandang atau pendirian yang dipegang. Nara sumber kelompok ini adalah Albertus Harimukti, seorang dosen muda psikologi. Materi disampaikan dengan situasi santai diselingi games. Materi belum diolah secara mendalam karena ketersediaan waktu yang pendek. Barangkali bila ada lebih banyak jumlah peserta dari kelompok muda ini maka bisa dipastikan kegiatan bisa berlangsung lebih meriah dan seru.
Kelompok anak-anak didampingi oleh Maria Regina Eka Jayanti, Angela Sariarti Mewangi dan Anastasia Martini. Para ibu pendamping ini mengajak anak-anak untuk bermain, mengenal alam, mengajak mereka bekerja sama dalam tim. Anak-anak dengan suka cita mengikuti acara bersama, bermain dengan teman, bermain dengan air. Dan teristimewa pada tanggal 1 Mei tersebut ada peserta yang berulang tahun dan dirayakan bersama-sama di kebun wisma USD Putat.
Rekoleksi siang itu ditutup dengan perayaan ekaristi. Rama Madya kembali menegaskan perutusan bagi peserta rekoleksi tentang panggilan sebagai orang Kristiani; menjadi kaum minoritas yang visioner, umat katolik yang cerdas, tangguh, missioner. Pada akhir Misa Kudus Rama Madya memberi berkat khusus kepada umat lingkungan yang mempunyai kiprah langsung di masyarakat sebagai ketua RT, dukuh agar mereka sungguh menjadi garam dan terang di masyarakat. Sebelum kembali ke rumah masing-masing, keseluruhan acara hari itu ditutup dengan santap siang bersama dengan menu sederhana. Wajah kegembiraan atas kebersamaan yang dinikmati terpancar dari wajah umat siang itu.
Catatan: Sumber tulisan dari Ibu Hastutiningrum (ketua Lingkungan) dan foto oleh Simbolon