KOMSOS-GMK. Romo Issri kemudian memainkan serulingnya di tengah homili. Mengajak umat meresapirenungkan rahmat dengan menyanyikan lagu Amazing Grace. Mensyukuri rahmat ekaristi yang sangat luar biasa. Penerima Komuni Pertama sedari awal diajak untuk menyadari-menghormati Tubuh Kristus dalam rupa roti dan anggur. Para emban baptis dan orangtua juga diajak untuk kembali menyadari rahmat tanggung-jawab mendampingi para anak-anak yang hari itu menerima tubuh Kristus untuk pertama kalinya. Kelak, anak-anak akan menghadapi pilihan-pilihan dan semoga tubuh Kristus menjadi sebuah peneguhan yang penting. Sebuah penyegaran yang sangat bermakna bagi semua yang hadir pada misa tersebut.
Minggu, 3 Juni 2018 adalah sejarah baru bagi Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus, Macanan
Pada hari itu, Macanan pertama kali menyelenggarakan Perayaan Ekaristi Penerimaan Komuni Pertama dalam status sebagai Paroki Administratif. Sebanyak 24 anak yang telah cukup lama mengikuti pendampingan komuni pertama serta telah mengikuti serangkaian acara wajib sebagai calon penerima komuni pertama Dan hari itu adalh perjalanan menuju puncaknya.
Dengan penuh semangat anak-anak datang lebih awal dan melakukan persiapan dengan bantuan orangtua dan panitia.Mereka berbaris sesuai urutan yang telah disepakati seperti pada saat gladi. Dengan gagah dan anggun mereka berjalan dalam perarakan masuk. Wajah gembira mereka tidak dapat mereka sembunyikan. Senyum selalu mengembang dan mata bersinar gembira. Mereka berbaris di belakang para Putra Altar saat memasuki gereja.
Yang perempuan berhias dengan sayap bak malaikat. Sedangkan yang pria mengenakan dasi kupu-kupu. Semuanya memakai samir yang diberi pin agar terlihat rapi. Sesampai di depan setelah Romo menuju mimbar, mereka mencari tempat duduk di dekat orangtua masing-masing.
Dalam kotbahnya, Rama Issri membahas tentang Yesus yang memberikan diri dalam rupa roti dan anggur. Itu bukan hanya lambang. Dalam wujud roti dan anggur (tubuh dan darah), Yesus betul-betul hadir. Bagi umat Katolik, ekaristi adalah puncak kehidupan. Tuhan ada dalam diri kita semua. Korban Kristus itu hanya sekali tetapi untuk selamanya.
Meskipun banyak keterbatasan tetapi setiap perayaan ekaristi harus kita upayakan yang terbaik, demikian pesan Romo Issri. Kita semua selalu berupaya untuk menjadi pribadi yang ekaristis. Tidak hanya dalam ritual, tetapi lebih-lebih dalam menjalani hidup sehari-hari.
Rama Issri juga menyarankan supaya umat mengikuti ekaristi dengan kesadaran penuh. Puasa satu jam sebelum misa dimulai dan persiapan batin sepenuhnya untuk mengikuti misa akan sangat baik untuk selalu dilakukan.
Dalam kesempatan kotbah di pagi itu, Rama Issri menyempatkan untuk menyapa semua petugas liturgi agar selalu mempersiapkan ekaristi dengan baik. Memperlakukan peralatan yang dipakai dengan baik. Jika sudah perlu dilakukan pembaharuan maka segera dilakukan dan jangan ditunda-tunda.
Kepada para orangtua, Rama Issri juga berpesan agar mereka selalu siap mendampingi anak-anak sampai mereka menerima sakramen inisiasi secara komplit. Dalam kesempatan itu Rama Issri juga meminta supaya para emban baptis penerima komuni pertama juga dihadirkan. Kepada mereka, Rama Issri mengingatkan bahwa para wali/emban baptis bertanggungjawab terhadap perkembangan iman dari anak baptisnya. Diharapkan kehadiran para emban baptis dapat menjadi tradisi di masa mendatang, termasuk untuk penerima sakramen penguatan.
Fransiskus Xaverius Suharmaji dari Lingkungan Santo Mikael Pitrojayan, Wilayah Macanan yang pernah tinggal di Timor Leste bercerita bahwa di sana para emban baptis disebut sebagai “pai ani” atau “mai ani’. “Pai” artinya bapak, “mai” artinya ibu, sedangkan “ani” itu artinya/singkatan dari Nasrani. Jadi emban baptis di Timor Leste adalah bapak atau ibu Nasrani bagi si anak. Peran “pai/mai ani” ini sangat kuat bagi anak, sehingga orangtua selalu memperkenalkan “pai/mai” ini agar anaknya juga menurut pada bapak/ibu Nasraninya.
Saat kotbah Rama Issri mengajak menyanyikan lagu Amazing Grace. Semua diajak menyadari rahmat Tuhan luar biasa indahnya, cinta Tuhan dalam Sakramen Ekaristi. Di antara nyanyian itu, Rama meniup seruling bambu denga hikmat dan indah. Sungguh, suasana jadi terasa “amazing”.
Upacara penerimaan telah diatur sedemikian rupa oleh para pewarta dan atas masuka dari Rama Issri. Satu persatu para penerima komuni pertama maju bersama kedua orangtuanya dan berlutut di depan Rama Issri. Mereka menerima komuni dua rupa dengan cara tradisional, dengan lidah.
Sesi foto bersama Rama Issri bersama para penerima komuni pertama dilakukan setelah misa selesai.
Menyaksikan anak baptisnya menerima komuni pertama membuat hati Yuliana Lili Astuti dari Lingkungan Santo Yustinus Prambanan merasa senang dan bersyukur. “Baru sekali ini emban baptis diminta menyaksikan anak baptisnya komuni pertama. Jadi semakin merasa disegarkan akan bertanggungjawab dalam pendampingan iman anak baptis saya.
Sementara itu seorang ibu dari penerima komuni pertama, Anastasia Heriaswari Tri Astuti (Angki), dari Lingkungan Brayat Nazaret, Macanan merasa terharu karena anaknya sangat mempersiapkan semua untuk komuni pertamanya ini. “Usai penerimaan komuni saat di posisi koor lagi, saya menangis terharu, bisa mendampingi anak saya. Bahkan, sekarang pun dia selalu mengingatkan bahwa dia sudah komuni, saat saya tidak ingin berangkat misa.”
Setelah misa ada ramah tamah dan pesta kecil yang diselenggarakan oleh para orangtua penerima komuni pertama yg dihadiri juga oleh Rama Issri. Kabid Liturgi, Emiliana Agnes Ning Endang Rianti dan para pengurus PA yg diwakili oleh Nicodemus Braha Dela Yoga dan Damaskus Dwi Saputro.
Foto dan teks: Is Susetyaningrum dan Adrian Diarto