Menyambut Yesus dengan bersorak-sorai juga merupakan bentuk menjaga supaya hati tetap terus gembur dengan humus-humus kehidupan. Humus yang memudahkan kehidupan baru terus tumbuh dan berkembang.
Meski hanya Yohanes yang menyebut daun palma (12:13), sementara injil lain (Mt 21:8 dan Mrk 11:8) menyebut ranting-ranting yang diambil dari ladang, selain menghamparkan pakaian, tetapi Perayaan Minggu Palma tidak pernah kehilangan pesona sebagai perayaan pembuka pada Liturgi Pekan Suci justru karena kebersahajaannya.
Orang-orang menyambutelukan Yesus yang memasuki Yerusalem dengan naik seekor keledai betina yang tertambat dan anaknya ada di dekatnya. Keledai ini dicatat oleh Markus sebagai “yang belum pernah ditunggangi orang’.
“Dan bawalah keduanya kepada-Ku,” kata Yesus. Setelah dibawa kepada-Nya, kemudian punggung keledai betina itu dialasi dengan pakaian lalu Yesus naik ke atasnya. Bergerak memasuki gerbang Yerusalem. Banyak orang menyambutnya dengan sorak-sorai.
“Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel,” seru mereka seperti yang tertulis dalam Mazmur 118: 24-26.
Menyambut Yesus yang memasuki gerbang Yerusalem adalah menyambut Yesus yang meneladankan kerendahhatian tanpa henti. Yesus yang terus mengalirkan energi untuk mendorongtumbuhan kehidupan yang lebih berbela-rasa dan lebih bersuka-cita.
Romo Lambertus Issri, Pr mencontohkan kerendahan hati Paus Fransiscus yang dengan begitu tulus dan rendah haati mendorong perdamaian dijaga oleh pihak-pihak yang berkompeten di Sudah Selatan. Bahkan Sri Paus berkenan mencium kaki presiden dan para pemimpin oposisi untuk membangun komitmen bersama.
Menyambut Yesus dengan bersorak-sorai juga merupakan bentuk menjaga supaya hati tetap terus gembur dengan humus-humus kehidupan. Humus yang memudahkan kehidupan baru terus tumbuh dan berkembang.
Misa Minggu Palma di Gereja Santo Lukas Prambanan diselenggarakan pada hari Minggu, 14 April 2019 pukul 08.00.*