Perayaan Misa Minggu Palma pagi pada tanggal 13 April 2025 di paroki Maria Marganingsih Kalasan dimulai pada pukul 05.30. Perayaan misa dipimpin oleh Rm Yohanes Ngatmo, Pr. dan diiringi oleh koor gabungan dari wilayah Petrus Damianus. Altar gereja dihiasi dengan daun-daun palma dan umat yang hadir pun membawa daun-daun palma. Hal ini menginggatkan saat Yesus memasuki Yerusalem dan orang-orang menyambut-Nya dengan menghamparkan pakaian dan daun palma di jalan, sebagai bentuk penghormatan kepada-Nya sebagai Mesias dan Raja. Daun palma menjadi simbol kemenangan, harapan, dan keselamatan.

Sebagaimana diketahui Perayaan Minggu Palma menjadi awal dari Pekan Suci, yaitu minggu terakhir sebelum Paskah, yang mengenang penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Dalam perayaan misa di Paroki Maria Marganingsih Kalasan, pasio dibawakan dengan amat baik oleh Maura, Asti, Fajar dan Nusa. Ketika diwawancari Komsos, Fajar yang memerankan tokoh Yesus mengungkapkan rasa “deg-degan” nya ketika harus menjiwai tokoh Yesus.

‘Cukup deg-degan karena meskipun tokoh Yesus dialognya sedikit, tetapi maknanya mendalam dan penyampaiannya harus sesuai dengan situasi ketika Yesus disalipkan. Ini menjadi tantangan buat saya. Semoga apa yang saya dan teman teman bawakan dalam kisah sengsara sudah sesuai dengan apa yang tertulis di Injil,” ujar Bernadus Fajar Dwi dari Lingkungan St. Yusup Wil.Teodosius Cupuwatu sambil tersenyum
Dalam kotbahnya Romo Ngatmo banyak membahas tentang makna keledai yang ditunggangi Yesus. Yesus menunggang keledai dan bukan jenis binatang lain seperti kuda. Ini melambangkan kerendahan hati dan penggenapan nubuat dalam Zakharia 9:9, bahwa Sang Raja akan datang dengan lemah lembut, menunggang seekor keledai. Sedangkan nyanyian “Hosana” merupakan seruan sukacita dan harapan akan penyelamatan. Romo Ngatmo juga mengingatkan bahwa Yesus membawa seluruh hidup kita, termasuk dosa-dosa kita, agar kita turut diselamatkannya lewat sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.

Sesudah perayaan misa selesai, Komsos sempat mewawancari beberapa petugas liturgi.
“Cukup meriah dan banyak yang hadir dan ini menunjukkan semangat umat Paroki Kalasan yang luar biasa,” ujar Antonius Totok Yulianto, petugas tata tertib sekaligus ketua wilayah Petrus Damianus.
Hal yang sama disampaikan Nugraha Wijayanto, penanggung jawab misa minggu Palma Pagi.
“Cukup meriah, dan kehadiran umat cukup banyak, tetapi sepertinya jadwal misa terlalu pagi sehingga sebagian umat datang terlambat,” ujar Nugraha Wijayanto, penanggung jawab misa.

Sementara itu, dirijen tim koor wilayah Petrus Daminanus Kalasan Timur, Lusia Krismastuti tidak bisa menutupi rasa lega dan bangganya dengan pelaksanaan tugas koor yang meriah dan penuh semangat. Namun perempuan yang ramah dan murah senyum ini menyayangkan adanya beberapa lagu yang tidak dinyanyikan seperti lagu persembahan, padahal sudah ditetapkan oleh panitia.
Hal yang sama disampaikan Iganius Hendro Setioto dari lingkungan Yohanes Pembabtis Sembur. Lelaki yang dikenal sebagai anggota andalan suara tenor ini mengungkapkan rasa bangganya sudah bisa melaksanakan tugas koor dari wilayah Petrus Damianus dengan baik.

“Misa ini luar biasa dan meriah, tetapi sayang tidak semua lagu dinyanyikan, padahal kita sudah latihan,” ujar lelaki pensiunan guru ini .
Perayaan minggu palma ini sejatinya mengajak umat untuk berefleksi akan pentingnya makna kerendahan hati, pengorbanan, dan kesetiaan dalam hidup beriman.
Catatan: foto oleh Komsos