Pembekalan Prodiakon GMMK di Gereja St. Yusuf Juwangen

Pada hari Minggu, 16 Februari 2025, diselenggarakan acara pembekalan prodiakon GMMK yang dilaksakan di gedung gereja Wilayah St Yusuf Juwangen. Kali ini panitia mengundang Romo Dr. Mateus Mali CSsR, dosen teologi moral Universitas Sanata Dharma. Romo Mali banyak mengupas tentang seluk beluk homili, kotbah dan renungan serta saran-saran praktis sebagai bekal bagi para prodiakon ketika menjalankan tugas peribadatan terutama ketika harus memberikan homili atau renungan kepada umat. Acara yang dipandu dengan apik dan meriah oleh Prodiakon Yohanes DB Dirgantara ini dihadiri kurang lebih 135 prodiakon dari 165 prodiakon yang terdaftar di Paroki GMMK.

Di awal presentasinya Romo Mali menjelaskan perbedaan antara homili, kotbah dan renungan. Homili tujuannya untuk menggetarkan hati umat dengan suara penyampaian yang lembut, dan tidak meledak-ledak. Homili sifatnya non-formal dan lebih berisi nasehat-nasehat. Sedangkan kotbah sifatnya tegas, jelas dan nada suara yang meledak-ledak, dan penuh semangat.

“Gaya bahasa homili dan kotbah bila digabungkan dalam penyajiannya akan menjadi menarik,” ujar romo Mali.

Homili dan kotbah bertujuan untuk membuat orang lain beraksi atau melakukan sesuatu, sedangkan renungan lebih berisi nasehat-nasehat rohani dan sebetulnya aplikasi tidak terlalu dibutuhkan karena sejatinya renungan ditujukan untuk membangun spiritualitas seseorang. Bahan untuk renungan bisa diambil dari sumber-sumber buku atau internet yang ada dan bisa langsung disampaikan ke umat, sedangkan pada homili dan kotbah, teks kitab suci harus diolah terlebih dahulu oleh si pengkotbah atau si pemberi homili. Romo Mali menjelaskan bahwa prodikon boleh berkotbah.

Romo Mali juga menegaskan bahwa prodiakon tidak boleh bersikap sombong. Prodiakon harus melakukan persiapan dengan membaca teks kitab suci dan melakukan persiapan yang matang.  Romo Mali kemudian mengingatkan tentang kepribadian dan moralitas prodiakon.

“Kepribadian dan moralitas yang baik dari prodiakon sudah menjadi bahan kotbah yang baik bagi umat,” ujar Romo Mali.

Diharapkan pula prodikon membuat persiapan tertulis, baru ketika sudah makin terbiasa prodiakon bisa membuat poin-poin pentingnya saja dan yang terpenting adalah penyajiannya. Penyajian harus baik dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa umat dan dengan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai.

“Yang terpenting adalah prosesnya. Jadi, prodiakon jangan terlalu risau dengan hasilnya. Percaya diri saja bahwa Anda sedang dipercaya Tuhan untuk mewartakan injil kepada umat” ujar Romo Mali.

Topik yang dibawakan Romo Mali sangat menarik dan memantik banyak pertanyaan dari peserta pembekalan di sesi tanya jawab. Ini menandakan bahwa isi dari pembekalan ini sangat sesuai dengan kebutuhan para prodiakon.

Ketika diwawancarai KOMSOS, Yohanes Wibisono, koordinator prodiakon GMMK,  menyampaikan harapannya agar para prodiakon, baik prodiakon baru maupun yang masuk periode kedua, makin mantap dalam melaksakan tugas perutusannya. Romo Mali sudah memberikan berbagai macam teknik dan motivasi dan harapannya prodiakon makin percaya diri dan mantap dalam menjalankan tugasnya.

“Jumlah peserta sangat bagus dan antusiasme peserta dalam mengajukan pertanyaan juga menandakan bahwa materi yang disampaikan romo sangat sesuai dengan harapan peserta,” ujar lelaki yang lebih akrab dipanggil Pak Wibi ini.

Di akhir sesi acara pembekalan, KOMSOS-GMMK sempat mewancari beberapa prodikon baru yang ikut serta dalam pembekalan.

“Pembekalan yang luar biasa. Awalnya jujur saya canggung ketika bertugas sebagai prodiakon karena tanggungjawab prodiakon sangat besar. Mental harus dipersiapkan karena umat terus menyoroti dan menilai.  Pembekalan ini membuat saya makin siap untuk bertugas,” ujar Agustinus Widi Astono, prodiakon dari Lingkungan Yohans Don Bosco Teguhan Berbah.

Sementara itu Agnes Lasiem, prodiakon dari Lingkungan St Yakobus Kalteng mengungkapkan rasa senangnya dari acara pembekalan ini.

“Saya senang sekali dengan pembekalan yang diberikan Romo Mali dan saya makin mantap dan percaya diri ketika nanti harus memberi homili atau renungan,” ujar Agnes Lasiem

Hal serupa disampaikan oleh Stefanus Agus Edhy Purwanto, prodikon baru yang berasal dari lingkungan Benediktus sumber, Berbah.

“Pembekalan ini sangat bagus. Ini menjadi bekal yang baik bagi saya ketika saya menjalankan tugas, terutama ketika harus memberikan homili,” ujar  lelaki pensiunan dari ELTI Kompas Gramedia ini.

Catatan: foto oleh Gus Nanang

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *