Ada suasana yang berbeda pada Minggu sore pukul 17:00 di gereja Marganingsih Kalasan. Tampak 11 imam dengan berpakaian jubah warna kuning keemasan berjalan perlahan memasuki gereja. Di tengah suasana mendung yang dihiasai gerimis tipis, perayaan ekaristi ultah tahbisan imamat Rm. Robertus Budiharyono Pr. bersama tujuh rekan imam seangkatannya berlangsung sangat khidmat, semarak sekaligus penuh kegembiraan. Tema perayaan ekaristi adalah “Di luar aku, kamu tidak bisa apa-apa (Yoh 15: 5C). Imam yang hadir pada perayaan ekaristi konselebrasi tersebut adalah Mgr. Pius Riana Prapdi, Rm. Vincentius Indra Sanjaya Tanureja, Rm. Yohanes Iswahyudi, Rm. Stevanus Istoto Raharjo, Rm. Ignatius Sukawalyana, Rm. Gregorius Suprayitno, dan Rm. Yohanes Suyadi. Romo lain yang turut memimpin ekaristi adalah Rm. Ambrosius Wagiman Wignyasumantara, Rm. Laurentius Dwi Agus Merdi Nugroho, dan Romo Bondan (asal paroki Kalasan).
Pada awal perayaan ekaristi, Juanita Agustina Joesoef selaku MC memperkenalkan secara detil profil kedelapan romo. Pada sambutan awal Romo Budi yang lahir di Magelang, 31 Oktober 1966, juga memperkenalkan rekan-rekan imam seangkatannya satu persatu termasuk keluarga dan kerabat dekat dari para romo yang turut hadir.
Mgr. Pius Riana Prapdi yang lahir di Paniai, Papua, 5 Mei 1967 sekarang bertugas sebagai uskup di keuskupan Ketapang Kalimantan Barat sejak 19 September 2012. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Komisi Kepemudaan KWI yang saat ini bertugas atas pelaksanaan AYD (Asian Youth Day) di Yogyakarta. Rm. Vincentius Indra Sanjaya Tanurejo yang lahir di Solo, 20 Desember 1959, kini menjadi dosen kitab suci di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan. Rm. Yohanes Iswahyudi yang lahir di Sleman 31 Oktober 1967 kini bertugas sebagai romo vikaris parokial Gereja St. Atanasius Karang Panas, Semarang. Rm. Stevanus Istoto Raharjo lahir di Sleman, 1 September 1968 dan kini berkarya di Keuskupan Manokwari-Sorong sebagai Pembantu Ketua III, Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPK) St. Benediktus Sorong, Papua Barat. Rm. Ignatius Sukawalyana yang berasal dari Sleman dan lahir 2 Januari 1968 kini bertugas sebagai romo kepala paroki St. Yusup, Gondang Winangun Klaten. Rm. Gregorius Suprayitno asal Kulonprogo dan lahir pada tanggal 12 Maret 1966 sekarang bertugas sebagai romo kepala paroki St. Ignatius Krapyak Semarang. Yang terakhir adalah Rm. Yohanes Suyadi yang kini bertugas sebagai romo kepala paroki Roh Kudus Kebon Arum, Klaten. Beliau berasal dari Kulonprogo dan lahir pada 8 April 1967.
Berani Menampakkan Wajah Kerahiman Allah
Perayaan ekaristi dipimpin oleh selebran utama Mgr. Pius Riana Prapdi, sedangkan homili disampaikan oleh Mgr. Pius Rana Prapdi, Rm. V. Indra Sanjaya T. dan Rm. Y. Iswahyudi. Dalam homilinya Mgr. Pius Riana Prapdi mengungkapkan bahwa para imam (dan kita semua) dipanggil untuk menampakan wajah kerahiman Allah. Itulah harapan para uskup. Apa dasarnya? Dasarnya adalah ensiklik pertama yang dibuat Paus Benediktus XVI “Deus Caritas Est” (Allah adalah kasih). Alasannya, karena dunia sudah semakin menjauh dari Allah. Dengan bahasa analogi, Paus pernah mengatakan adanya gerhana Allah. Allah tidak lagi dirasakan kehadirannya.
Paus Fransiskus juga menetapkan tahun 2015-2016 sebagai tahun kerahiman Allah. Mengapa? Karena cinta kasih Allah kurang disadari oleh Manusia. Maka imam yang diharapkan adalah imam yang dalam tugas pelayanannya selalu menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih.Imam juga mesti memiliki hati yang bersahabat. Hal ini sejalan dengan harapan kaum muda. Kaum muda mengharapkan imam yang mau menjadi sahabat karena banyak di antara kaum muda mengalami disorientasi (kehilangan arah). Imam harus bersedia menjadi sahabat-sahabat peziarahan bagi kaum muda.
Ibarat Bejana Tanah Liat
Rm. V. Indra Sanjaya dalam homili kedua menegaskan bahwa imam itu ibarat bejana tanah liat yang mudah pecah. Imam itu juga penuh kelemahan dan tidaklah mudah mencerminkan wajah kerahiman Tuhan. Perkembangan IT lalu menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan iman dan dalam usaha untuk menampakkan wajah Allah. Yang bisa diusahakan adalah mencoba memperdalam dimensi spiritualitas dan kerohanian sehingga relasi dengan Tuhan bisa menjadi lebih diutamakan daripada yang lain. Harapannya, imam dan kita semua mempunyai relasi yang sangat dekat dengan Tuhan sehingga tak mudah jatuh oleh godaan apapun.
Menjadi Pribadi yang Gembira
Rm. Iswahyudi dengan gaya kocak menegaskan bahwa para romo sangat menyadari bahwa mereka itu lemah sebagaimana bejana tanah liat, tetapi mereka dipanggil untuk menampakkan wajah kerahiman Allah. Menampakkan wajah Allah menghadapi banyak tantangan, sesuatu yang tidak mudah dilaksanakan.
Cara yang bisa dilaksanakan adalah menjadi pribadi yang gembira, demikian pula imam. Imam harus menjadi pribadi yang gembira agar bisa membawa kegembiraan bagi umat agar wajah kerahiman Allah bisa ditampakkan. Imam juga mesti mampu untuk tidak mudah “nesu”. “Imam mesti menjadi pribadi yang lemah lembut. Kami, para romo, tidak bisa berbuat apa-apa bila kami tidak tinggal di dalam Kristus. Kristus adalah pokok anggur kami dan kami adalah ranting-rantingnya,” tegas romo Iswahyudi.
Dalam kata sambutannya, Yosef Cahyono mewakili umat paroki Kalasan mengaturkan selamat atas ultah tahbisan imamat kepada kedelapan romo dengan harapan bahwa semua romo diberi rahmat kesehatan dan kegembiraan di dalam menghidupi dan memaknai anugrah sakramen imamat sehingga bisa menghadirkan wajah Allah dalam setiap karya pelayanan. Y. Cahyono juga mengungkapkan kegembiraan karena gereja Kalasan menjadi tuan rumah perayaan ekaristi syukur ini dan mendapatkan pencerahan dari homili tentang jati diri seorang imam. Angka 22 mengingatkan perintah Yesus yang mengutus para muridnya untuk pergi berdua-dua. Angka 22 bermakna perutusan yang dilandasi kebersamaan yang sungguh sudah ditunjukkan oleh kedelapan romo. Melalui kebersamaan ini, para romo bisa saling menguatkan sehingga selalu setia sebagai imam. Di akhir sambutannya, Y. Cahyono berharap para romo tetap menjadi ranting-ranting yang tetap menyatu dengan pokoknya yakni Yesus sendiri. Tak lupa Y. Cahyono juga mengucapkan terima kasih kepada panitia yang diketuai oleh YP. Harry Yudha Siregar. Berkat kerja keras panitia, acara perayaan ekaristi bisa berlangsung dengan khidmat dan meriah.
Sesudah acara sambutan dari wakil ketua dewan paroki, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk ungkapan syukur atas berkat melimpah yang dianugerakan Tuhan kepada kedelapan imam. Pemotongan tumpeng diiringi lagu “Selamat Ultah” yang sangat meriah.
Juanita selaku MC dengan piawai menantang OMK dan anak-anak yang bercita-cita menjadi romo untuk maju ke depan dan menerima potongan tumpeng dari para romo. Ada 3 OMK dan 1 anak yang berani maju ke depan dan kesediaan keempat orang ini mendapatkan sambutan meriah dari umat dan para romo.
MC juga menantang orangtua yang merelakan anak mereka menjadi romo. Tiga orangtua berani maju ke depan dan menerima potongan tumpeng dari para romo. Potongan tumpeng juga secara khusus diberikan kepada ketua panitia, Harry Yudha, sebagai ungkapan terima kasih atas kerja kerasnya mempersiapkan perayaan ekaristi penuh syukur ini.
Acara selanjutnya adalah pemberian tanda cinta kasih dari anak-anak PIA kepada kedelapan romo. Yang menarik semua anak-anak mengenakan pakaian adat Jawa. Pemberian tanda kasih juga disertai doa dan harapan dari anak-anak Pia. “Romo Budi, selamat ultah imamat yang ke-22. Semoga romo bisa seperti pohon rindang yang menyejukkan, mengayomi dan melindungi seluruh umat dan menjadi berkat bagi semua orang,’’ ucap salah satu anak Pia kepada Rm. Budi.
Mewakili para romo, Rm. Ignatius Sukawalyana dalam kata sambutan akhir mengucapkan terima kasih kepada dewan paroki dan panitia yang sudah mempersiapkan perayaan ekaristi dengan baik. Secara khusus romo juga mengapresiasi kelompok karawitan pemenang Sekar Geni (Seni Karawitan Gending Gerejani). Kelompok karawitan ini berasal dari Stasi Macanan dan pemenang lomba karawitan di Jogyakarta beberapa waktu lalu.
Sebagai acara penutup, para romo dan umat diajak untuk menyanyi dan menari sesuai irama lagu AYD dengan iringan musik gamelan. Lagu AYD ini sudah diaransemen ulang secara apik dengan musik gamelan oleh Suroto dari Sekar Jagat, sedangkan aransemen lagu dan koor oleh Anatasya Indah. Dimotori koor gabungan dari OMK, acara menyanyi lagu AYD ini menjadi semarak karena semua romo diajak untuk menyanyi dan bergoyang dengan dipandu Romo Merdi dan beberapa OMK.
Acara ditutup dengan ucapan selamat dari semua umat kepada kedelapan romo yang diselenggarakan di pendopo gereja, foto-foto bersama dan diakhiri dengan acara ramah tamah di gedung pastoran.
Sungguh suatu perayaan ekaristi yang penuh syukur dan rasa gembira. Minggu petang itu, detik demi detik terasa menjadi sangat bermakna di gereja Marganingsih Kalasan.
Pada kesempatan lain YP. Harry Yudha Siregar, Ketua Panitia HUT Tahbisan Imamat ke-22, menyampaikan kesan bahwa dia merasa terkesan dengan para imam yang telah mengabdikan hidupnya secara utuh dan total untuk sebuah karya penyelamatan manusia atau untuk kebaikan orang lain. Dengan menanggung segala resiko akibat dari pilihannya itu, mereka pasti mengalami ketidaknyamanan untuk ukuran dunia. Tidak semua orang sanggup menjalaninya. Hanya mereka itulah yang mau menanggapi panggilan-Nya.
Oleh karena itu kita semestinya menghargai mereka dengan ikut serta mendukung kegiatan-kegiatan untuk sebuah karya penyelamatan manusia dalam segala bentuknya. Mereka sudah mencapai karya selama 22 tahun, sebuah waktu yg cukup panjang dalam pemurnian diri. Masih begitu banyak persoalan-persoalan manusia di jaman ini yang terus bertambah yang menjauhkan manusia dari Tuhan. Maka seharusnya kaum awam ikut terpanggil untuk berkarya dalam tugas melayani di ladang Tuhan sebagai ujud dari karya orang beriiman. “Saya merasa senang, bangga, dan lega ketika saya ikut serta bersama teman-teman panitia maupun yang bukan panitia untuk mendukung Perayaan Misa Ultah Tahbisan Imamat ke 22 ini,” ucapnya sambil tersenyum. (ysp)
Catatan: photoes by Rean & Yusup
[…] 16 Juli 2017, setelah misa pagi di Gereja St. Yusup Berbah, Romo Budi bersama pengurus Dewan Stasi dan beberapa keluarga mengadakan ziarah kubur atau nyekar. Kegiatan […]