[dropcap]K[/dropcap]OMSOS GMK. Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan. Keberagaman identitas ini adalah anugerah Tuhan yang patut dirawat dan disyukuri. Sejak dahulu kebhinekaan di Nusantara telah menjadi kekuatan perekat ke-Indonesia-an yang tercermin dalam semangat toleransi, hidup berdampingan secara harmoni. Proses pembudayaan ini terus menerus dirawat, dilestarikan, juga diperkenalkan, disadari bersama, dirasakan sebagai sebuah entitas yang menuntun peri kehidupan bersama agar menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, modal utama membangun masyarakat yang kuat, sejahtera adil dan makmur.
Gereja Katolik menyadari pentingnya rasa kebinekaan dan toleransi untuk ditumbuhkan sejak dini pada anak dan remaja di era milenial ini. Melalui semangat toleransi dan kebinekaan, Komisi Karya Misioner Kevikepan DI Yogyakarta menyelenggarakan “Festival Budaya Anak dan Remaja Lintas Agama”, pada hari Minggu, 11 November 2018 di Panggung Terbuka Universitas Sanata Dharma Kampus Mrican Jl. Afandi, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.Kegiatan menjadi media bagi anak dan remaja untuk mengapresiasikan kebudayaan bangsa Indonesia.
Tak ketinggalan Gereja Marganingsih Kalasan pun mengirimkan PIA/PIR yang terdiri dari 110 anak dari beberapa wilayah dengan 10 pendamping. Mereka tampak antusias mengikuti berbagai kegiatan seperti permainan tradisional dan mengunjungi beberapa stan menarik sebagai bahan pembelajaran.
Saat di stan pameran budaya setiap rombongan mendapatkan penjelasan berbagai ragam budaya yang ada di Indonesia. Di stan Barongsai setiap rombongan di ajarkan cara memainkan naga. Banyak penampilan yang disuguhkan di acara Festival Gelar Budaya ini, antara lain : Pentas kolaborasi lintas agama dan budaya, Tari Golek Kenya Tinembe dari gereja Kristen, Hadroh dari Pondok Psantren Al-Qodir, Nyanyian dan dolanan bocah dari rayon Bantul, Tari Sekar Jagad dari komunitas Agama Hindu, Vocal grup dari komunitas agama Budha, Barongsai dari JCACC, Tari Cendrawasih dari komunitas Budha, dll. Festival budaya ini menjadi sebuah media yang signifikan untuk merekatkan persaudaraan dan merangkul semangat persaudaraan lintas agama melalui pendekatan budaya.
Semangat perjumpaan dan persaudaraan dalam keberagaman budaya menjadi sarana membangun karakter anak dan remaja menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, misioner dan dialogis. Selain itu, festival budaya ini menjadi ungkapan syukur atas keberagaman yang ada di sekitar kita. “Tema utama yang diangkat adalah “Berbagi Ceria dalam Bineka”. Tema ini mengajak anak dan remaja untuk bergembira bersama merayakan kebersamaan, bersyukur dan merefleksikan semangat persaudaraan dalam keberagaman serta menjalin persaudaraan yang berlandaskan kasih Tuhan kepada sesama.
Setiap rombongan yang hadir didampingi oleh LO untuk mengunjungi setiap workshop yang telah disiapkan, diantaranya workshop bunyi-bunyian, stan Barongsai, stan permainan dolanan anak, stan pameran budaya, dan stan pameran foto. Di stan dolanan anak, disediakan beberapa macam dolanan tradisional, diantaranya egrang, kelereng, dakon, yeye, bakiak, ular tangga, dan gangsingan. Anak-remaja sangat menyukai permainan tradisional tersebut dan sejenak meninggalkan dunia gadget.
Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Cosmas Giawa (Ketua Panitia Festival Budaya Anak & Remaja Lintas Iman), dalam sambutannya Cosmas Giawa mewakili panitia mengungkapkan rasa bahagia karena melihat kegembiraan yang ada dalam setiap diri anak- anak yang mengikuti festival tersebut, harapannya kita dapat membangun sikap tolerasi dan menghargai satu sama lain. Tak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut andil dalam acara Festival Budaya tersebut.
Dalam kesempatan ini Romo Yoseph Maria Marcelinus Bintoro, Pr (Moderator KKM Kevikepan DI Yogyakarta) mengatakan,kita boleh bersyukur bahwa pada kesempatan tersebut boleh mengekspresikan bersama gelar budaya dari berbagai kelompok dari lintas agama yang berkolaborasi begitu indah, dan kita juga dapat bersyukur atas kegembiraan ini suara instrument tradisional sert permainan tradisional menghidupi sungguh janji anak-anak serta remaja kita untuk mau melestarikan budaya kita, karena inilah tempat dimana kita memadu kemanusiaan kita yang adil dan beradab.
Pada akhir sambutannya Romo Yoseph Maria Marcelinus Bintoro , Pr berpesan lambang dari sila kedua adalah kallung dari suku Dayak yang memberikan gambaran bulat kotak adalah laki-laki dan perempuan yang menyatu dalam kesatuan yang sempurna, sehingga memberikan warna kemanusiaan, dan kemanusiaan yang sempurna itu adil dan beradab. Sebagai penutup acara seluruh yang hadir di acara Festival Gelar Budaya Lintas Agama mengucapkan Deklarasi Keberagaman yang dipimpin oleh romo Yoseph Nugroho Tri Sumartono, Pr (Ketua KKM KAS), kemudian diakhiri dengan doa penutup.
Sumber tulisan: https://www.komisikaryamisioner.org/2018/11/berbagi-ceria-dalam-bineka-festival.html
Liputan dan foto oleh Monica