Sebanyak 23 (dua puluh tiga) umat Lingkungan St. Bartolomeus Brintikan berkumpul di rumah Marcelinus Yunanto, yang berlokasi di Dusun Brintikan RT.03 Tirtomartani Kalasan pada hari Senin, 24 Maret 2025 pukul 19.00 WIB untuk mengikuti Sarasehan Aksi Puasa Pembangunan (APP) Ketiga.. Sarasehan dibuka dengan menyanyikan lagu “Mari Menghadap Tuhan” dari buku Madah Bakti No. 161 yang dipandu oleh Theresia Eva Harjanti, Sarasehan APP Ketiga mengambil tema “Pantang dan Puasa Sebagai Rekonsiliasi Kepada Diri Sendiri” yang dipandu oleh M.Th. Sri Wahyunani.
Dalam pengantarnya Sri Wahyunani menyampaikan, dalam rangka gerakan APP kita diajak untuk menghidupi pantang dan puasa sebagai sebuah pilihan dan cara hidup untuk mengendalikan daging yang tak teratur. Dalam pembacaan Kitab Suci yang dibacakan Hilarius Yudi Lasyanta dari Injil Matius 6:16-18 tentang berpuasa, pemandu memberikan permenungan sebagai berikut: • Yesus mengajarkan kepada kita semangat rendah hati dalam berpuasa. • Hidup seharusnya mengutamakan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. • Jadikan puasa dan pantang sebagai jalan dan sarana memperbaiki relasi dengan diri sendiri sehingga kita dapat memperlakukan diri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita sendiri.

Sesi sharing dimulai saat membahas ilustrasi tentang tokoh Agus, seorang content creator (influencer) yang merayakan ulang tahunnya yang ke-17 dengan acara mewah. Henny berpendapat bahwa hal tersebut wajar karena Agus merayakannya pada momen yang tepat dengan biaya hasil kerja kerasnya sendiri meskipun sebenarnya itu merupakan suatu pemborosan. Sementara itu, Yudi Lasyanta menyoroti kebiasaan Agus yang cenderung suka pamer dan menikmati kemewahan. Menurutnya, akan lebih baik jika Agus mengundang anak-anak panti asuhan atau mereka yang kurang beruntung agar dapat berbagi kebahagiaan. Namun, hal positif dari tindakan Agus menurut Henny dan Yudi adalah sisa makanan dari pesta tersebut dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan di pinggir jalan. Dari diskusi ini, disimpulkan bahwa dalam hidup, kita seharusnya lebih mengutamakan kebutuhan daripada hanya mengikuti keinginan.
Buah rohani yang dirasakan dari menjalani pantang dan puasa berbeda bagi setiap individu. FX. Kristyanto Nugroho merasakan bahwa praktik ini membantunya menjadi pribadi yang lebih saleh dan lebih baik, sementara bagi Yudi Lasyanta, pengalaman ini membawa rekonsiliasi, yaitu berdamai dengan diri sendiri, keluarga, dan sesama.

Setelah permenungan, pemandu mengajak seluruh umat yang hadir untuk menyampaikan doa pribadi, yang kemudian dirangkai dalam Doa Bapa Kami. Sebagai penutup sarasehan, seluruh umat dengan khidmat dan penuh kebersamaan menyanyikan lagu “Tuhan Dikau Naungan Hidupku” dari buku Madah Bakti No. 378 kembali dipandu oleh Theresia Eva Harjanti, yang dengan penuh semangat mengarahkan umat agar dapat menyanyikannya dengan harmonis, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan di akhir acara.
