Pada tanggal 21 Maret 2024 Lingkungan St. Paulus mengadakan pertemuan APP terakhir dan bertempat di rumah Bapak Sutarto dan dipandu oleh bapak Mardi Utomo. Selama masa pertemuan APP ini, umat St. Paulus selalu mengikuti rangkaian pertemuan APP dengan kompak dan dihadiri oleh banyak umat dari anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lansia.
Pertemuan ke-4 dengan tema “Iman yang dihidupi dan diwujudkan” ini mengajak umat St. Paulus untuk menyadari bahwa buah dari pertumbuhan dan kedalaman iman seseorang nampak dari buah perbuatannya. Selain itu, seluruh umat diajak untuk merancang aksi belarasa sebagai wujud syukur atas kesempatan membina pertobatan pada masa prapaskah. Pada saat sesi sharing, umat dibacakan sebuah cerita oleh pemandu APP dengan judul “Hidup Luhur dan Mulia” yang menceritakan seorang tokoh cerita berjudul Bayu yang sadar akan perbuatan buruk ( menghambur-hamburkan uang) yang ia lakukan itu. Bayu juga sadar kalau hidup yang Ia terima bukan untuk mencontoh orang-orang yang melakukan kegiatan buruk seperti Bayu, tetapi untuk membuat keputusan pribadi untuk bertindak luhur dan mulia terutama di masa Prapaskah.
Umat diberikan salah satu pertanyaan yaitu “Kesalehan hidup seperti apakah yang dapat aku syukuri di masa prapaskah ini? Sungguhkah aku telah mengalami pertobatan dan pertumbuhan sejati? Mengapa?” Salah satu umat menjawab bahwa dirinya selama prapaskah ini mengalami pertobatan dan pertumbuhan sejati dengan melakukan doa dan devosi. Bapak Prodiakon Engelbertus juga percaya bahwa umat di Lingkungan St. Paulus ini sudah melakukan aksi pertobatan dan pertumbuhan sejati baik pribadi maupun bersama.
Bacaan kitab suci pada APP tersebut Bacaan dari Surat Yakobus ( Yak 2 : 14- 26), Surat Yakobus berisikan pokok- pokok pengajaran iman dengan contoh-contoh sederhana yang kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Melalui bacaan dari Surat Yakobus, Rasul Yakobus hendak menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Yakobus memberikan pemahaman yang benar mengenai iman bahwa iman bukan sekedar kata-kata atau pengakuan terhadap Tuhan, namun iman yang sejati semestinya terwujud nyata dalam perbuatan hidup sehari-hari. Tidak ada gunanya manusia mengakui bahwa dirinya beriman tetapi setiap hari kehidupannya dipenuhi dengan kemalasan, kejahatan, fitnah, dan sebagainya. Jika demikian, menurut Yakobus iman orang tersebut sia-sia & mati.
Catatan: Liputan ditulis oleh Angelica Diajeng Prameswari