Minggu 15 September 2024 yang cerah dengan suara burung saling bersautan, Paroki Maria Marganingsih Kalasan mengadakan kegiatan School Of Missionary Animators (SOMA) tahap 4 di Gereja St. Ignatius Kalasan Tengah. Dengan tema “Aku Siap Diutus”, kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan para remaja menjadi animator yang siap dan berdaya guna dalam melayani komunitas dan siap menjadi garam dan terang dunia dimana mereka berada.
Kegiatan ini diisi oleh Bapak Cawu Broto, seorang motivator berpengalaman yang telah melalang buana ke berbagai penjuru negeri. Melalui pendekatan yang inspiratif, beliau memandu para remaja melalui tiga sesi yang mendalam dan interaktif.
Sesi 1: Aku Terberkati
Di sesi pertama, Bapak Cawu Broto membawakan tema “Aku Terberkati”. Beliau menjelaskan tiga kunci utama bagi remaja Katolik untuk menjadi animator yang efektif:
- Iman: Pentingnya memiliki kepercayaan yang kuat kepada Tuhan.
- Persaudaraan/Kekompakan: Menyadari bahwa kekuatan berada dalam kebersamaan.
- Berbelarasa: Mengembangkan sikap empati dan kepedulian terhadap sesama.
Beliau menekankan bahwa seorang animator harus menjadi pemimpin yang rendah hati, mau mendengarkan orang lain, dan memiliki kebaikan hati. Iman itu harus dijaga dan dipelihara terus menerus.
Sesi 2: Analisa Sosial
Sesi kedua berfokus pada “Analisa Sosial”. Para remaja diajak untuk introspeksi dan memahami nilai-nilai yang mereka bawa sehari-hari. Bapak Cawu menekankan pentingnya bersyukur dan berserah pada Tuhan. Beliau juga mengingatkan tantangan yang dihadapi seorang animator dalam mengubah kebiasaan buruk menjadi baik. Tiga kunci ajaib yang diperkenalkan dalam sesi ini adalah:
- Bisa
- Harus Bisa
- Pasti Bisa
Semua hal harus di bangun dengan kenyakinan dan percaya diri. Pada sesi ini remaja mencoba dengan mematahkan pensil dengan jari dan sedotan yang di tancapkan ke ubi. Zita adalah remaja dari wilayah Johanes Paulus II yang berhasil tersenyum manis dan penuh keyakinan didalam hati harus bisa pasti bisa, hingga akhirnya terwujud bisa mematahkan pensil dengan jari. Sesi ini ditutup dengan dorongan untuk mengatasi kegagalan sebagai bagian dari perjalanan menuju kesuksesan.
Sesi 3: Game Kekompakan “Candle War“
Sesi terakhir adalah permainan kekompakan berjudul “Candle War“. Dalam permainan ini, para remaja mengalami beberapa kali kegagalan dan harus memulai dari awal lagi. Perasaan para remaja diproses dan diuji. Di bawah panas matahari yang terik, mereka terus berupaya dan berusaha keras untuk meraih panji SOMA. Bapak Cawu menekankan bahwa meskipun mengalami kesulitan, mereka harus tetap mengejar mimpi dan harapan dengan penuh iman, keyakinan, dan harapan.
Acara diakhiri dengan perasaan kekompakan yang semakin kuat di antara para remaja. Rencana tindak lanjut untuk kegiatan post-SOMA dibahas, dan foto bersama menandai akhir dari kegiatan yang penuh inspirasi ini. Kegiatan SOMA tahap 4 di Paroki Maria Marganingsih Kalasan sukses membangkitkan semangat baru di kalangan remaja, mempersiapkan mereka untuk diutus sebagai animator. Melalui pembelajaran yang mendalam, pengalaman berharga, serta wawasan yang memperkuat solidaritas dan kebersamaan di antara remaja, diharapkan mereka mampu mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi pemimpin atau animator yang berdaya, memberikan dampak positif, dan bijaksana di tengah masyarakat.
Penulis : Ve Allessandra Nahini
Editor : Gabriela Dea Wahyu Widiastuti