Hari Kamis, 5 September 2019 tepatnya pukul 17.30 merupakan hari keitka banyak umat Katolik di wilayah St. Theodosius berkumpul di sebuah kapel sederhana yang bersebelahan persis dengan TPU di dusun Cupuwatu I. Mereka berkumpul dengan satu tujuan yaitu ingin merayakan perayaan Ekaristi Jumat pertama. Sungguh menakjubkan melihat umat yang mungkin sudah seharian lelah bekerja di ladang, di kantor atau mengurus rumah, namun mereka terlihat antusias untuk mengikuti perayaan ekaristi. Inilah waktu yang tepat bagi mereka untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan dan mengucapkan syukur atas semua kejadian yang mereka alami seharian ini atau melepaskan keluh kesah dan memohon rahmat dalam doa mereka.
Membangun Perasaan Peka
“Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selagi mempelai itu bersama mereka?” Ini adalah kutipan dari Bacaan Injil (Luk 5: 33-39) yang diucapkan oleh Yesus untuk menjawab pertanyaan dari orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat. Ketika itu orang Farisi tersebut bertanya mengapa murid-murid Yohanes sering berpuasa dan berdoa, namun tidak dengan murid-murid Yesus.
Pada kesempatan homily, Romo Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr. menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Romo kelahiran Muntilan ini menjelaskan bahwa di dalam ucapan Yesus itulah serasa ingin dibandingkan antara sisi puasa dimana di situ ada bermati raga, dan sisi mempelai ketika ada sukacita karena pernikahan. Dari sana hendak dibandingkan sisi dukacita dan sukacita, dan dari situ juga Yesus hendak mengajak kita semua untuk menyadari bahwa kita harus berani sehati dan seperasaan dengan orang-orang disekitar kita.
Yang dimaksudkan oleh Romo Bilie di sini adalah ketika orang di sekitar kita sedang bersuka cita maka hendaklah kita pun turut merayakan sukacita itu. Begitu pula apabila di sekitar kita sedang ada yang bersusah hati, maka kita pun hendaknya ikut membangun perasaan yang sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang di sekitar kita.
Itulah yang mau digambarkan oleh Kristus mengenai sehati seperasaan dengan sesama di sekitar kita. Ketika kita sedang merasakan suasana yang begitu sedih, Kristus pun hadir dan mengambil bagian dalam suasana sedih ini. Dan ketika kita sedang merasakan sukacita maka Kristus juga hadir dalam kebahagiaan ini. Terlebih ketika kita menyadari dan merenungkan Kristus senantiasa ada di dalam kehidupan kita, dan pada saat kita mengalami keadaan duka, maka kita tidak akan merasakan duka seorang diri. Begitu pula ketika kita merasakan sukacita, maka kita pun tidak akan merasakan kebahagiaan seorang diri. Karena kita menempatkan Kristus di dalam hidup kita.
Adorasi Ekaristi
Ada yang menarik pada misa Jumat perama di kapel St Theodosius kali ini. Umat tidak hanya diajak untuk merayakan perayaan Ekaristi, namun juga diajak untuk beradorasi. Adorasi merupakan devosi dan penyembahan terhadap Yesus Kristus sebagai Tubuh, Darah, jiwa, dan Keilahian -Nya yang hadir dalam rupa hosti yang telah dikonsekrasi. Rm Billie juga mengatakan adorasi ekaristi kali ini menjadi kesempatan untuk kita untuk membaurkan segala rasa dan perasaan yang ada di dalam diri sehingga di situlah Kristus mengambil bagian dalam rasa perasaan kita.
Semoga ajaran Kristus untuk sehati seperasaan sungguh-sungguh mendorong kita untuk dapat sehati seperasaan dengan saudara-saudara di sekitar kita, karena Yesus pun akan ikut ambil bagian dengan apa yang kita alami. Semoga ajakan Yesus untuk saling menyadari bagaimana kita hadir di antara satu sama lain sehati seperasaan sungguh-sungguh dapat kita wujudkan sehingga dari situlah Yesus hadir untuk kita dan kita hadir untuk sesama kita.
Liputan dan foto oleh Donald Maradona