Perayaan Hari Raya Paskah pada misa pertama Minggu, 4 April 2021, pukul 06.30 berlangsung dengan meriah. Umat berdatangan dan disambut dengan hangat oleh para petugas. Setelah cek suhu dan mencuci tangan, dengan hati yang penuh suka cita umat masuk ke dalam gereja yang bernuansa paskah dengan dekorasi yang sangat menarik. Misa pagi itu dipimpin oleh Rm. Vincentius Yudho Widianto, Pr. dan diikuti oleh umat dari Wilayah Yusuf Kalasan Barat dan Wilayah Maria Kalasan Barat yang terdiri dari Lingkungan Brayat Nazareth, Brayat Minulyo, Stefanus, Petrus Karanglo, Sacra Familia, Heribetus, Thomas, Andreas, Sorogenen, dan Aloysius.
Setelah masuk gereja, umat kembali disambut dengan alunan musik yang dimainkan oleh Henny yang bertugas sebagai organis. Suasana semakin hangat dan tampak meriah ketika petugas koor dari Wilayah Maria mulai mengawali misa dengan lagu pembukanya.
Dalam kotbahnya, Rm Vincentius Yudho Widianto, Pr. mengajak seluruh umat utuk mensyukuri segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita. Setelah tahun lalu kita semua menjalani misa dari Rabu Abu hingga Paskah secara online atau streaming, akhirnya kita dapat kembali berkumpul di gereja untuk merayakan Paskah. Hal ini wajib disyukuri karena Paroki Maria Marganingsih Kalasan dapat merangkul seluruh petugas dan umat untuk bekerjasama menjalani protokol kesehatan yang ketat, sehingga misa dapat dilakukan secara offline, mengingat masih banyak paroki yang belum diizinkan untuk merayakan misa secara offline.
Romo juga mengatakan, jika masih banyak umat yang mengeluh dengan misa yang kurang “mantap” dan kurang lama. Romo pun menanggapi dengan candaan khas yang dimilikinya dengan menjawab, “Kalau kelak sudah normal, kita semua perlu mencoba merayakan misa paskah secara komplit dari jam 9 malam hingga jam 3 pagi, ha ha..”
Pesan yang ingin dikatakan Rm Yudho yaitu walau perayaan ekaristi menjadi lumayan rumit dan terkesan singkat karena adanya pandemi covid-19, makna Paskah dan puncak keimanan umat kristiani jangan sampai hilang. Romo Yudho juga mengajak kita untuk sama-sama merenungkan, “Apakah ada perubahan dalam hidup selama masa pra paskah? Apa yang akan kita perbaiki setelah masa paskah ini? Mari kita mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dan mari kita berubah menjadi pribadi yang lebih baik.”
Dengan khidmat, umat berdiri sembari memegang satu batang lilin yang akan diberi api oleh para prodiakon. Pembaharuan janji baptis pun dimulai dengan suasana yang khidmat pula.
Romo berharap agar perayaan Paskah tahun ini bukan seperti kembang api, yang sekali meletus lalu hilang begitu saja. Namun, ia berharap, perayaan ini menjadi seperti bola salju, yang menggulung dari kecil lama-lama menjadi besar. Maksudnya, romo Yudho ingin selalu melihat semangat kita untuk datang ke gereja setiap minggunya bukan hanya saat perayaan hari raya.
Sebelum mengakhiri misa, romo juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh petugas yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk sama-sama bertugas agar perayaan Paskah ini dapat berlajan dengan baik, nyaman, dan aman.
Catatan: Liputan oleh Isabela Thyana Wulandary