Pandemi Covid 19 menggerakkan semua pihak untuk berbagi. Tim Pelayanan Kemasyarakatan Gereja Maria Marganingsih Kalasan, terdiri dari Goro Hendratmoko, Ernest dan Sugeng meluncur ke Kevikepan DIY yang terletak di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji (Kamis, 14/05/2020). Dengan mobil pick-up, para duta Gereja Maria Marganingsih Kalasan ini menyusur jalan-jalan utama kota Jogja. Suasana lengang. Tidak banyak kendaraan yang lalu lalang. Mereka akan mengambil bibit batang singkong mentega.
Sesampai di Kidul Loji, mereka segera menemui petugas keamanan dan mengisi daftar pengambilan bibit. Setelah itu mereka mulai memuat bibit batang singkong untuk dimasukkan ke bak pick up. Sambil merantai bongkokan bibit batang singkong mentega, salah satu dari antara mereka menyanyikan lagu yang pernah dinyanyikan Koes Plus. Lagu yang mengisahkan betapa hebatnya bumi nusantara ini, “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman….” Syair lagu itu masih representatif saat ini.
Pada kesempatan ini, Tim Pelayanan Kemasyarakatan Gereja Maria Marganingsih Kalasan mendapat 34 bongkok. Setiap bongkok terdiri dari 25 lonjor. Penerimaan tersebut jauh dari perkiraan awal sebanyak 6000 batang.
Bapak Parjiman, PSE GMMK, dan beberapa rekan telah menunggu di Kalasan. Kelompok ini mulai menurunkan ratusan batang bibit singkong mentega itu dan memotongnya menjadi empat sampai lima bagian. Alhasil pekerjaan begitu cepat selesai. Delapan ratus lima puluh lonjor tongkat kayu bisa dikembangkan menjadi 3.390 batang yang siap dibagikan kepada wilayah atau lingkungan yang membutuhkan.
“Tancapan tongkat kayu itu akan menjadi penanda bahwa setiap orang harus menancapkan kesadaran, keyakinan dan harapan yang kuat. Kehidupan baru akan datang meski saat ini dilanda pandemi yang begitu hebat,” kata Goro optimis.
“Penanaman bibit ketela menjadi salah satu cara mewujudkan ketahanan pangan dalam situasi pandemi covid-19. Selain itu, penanaman bibit ketela maupun bibit-bibit lainnya (sayur, pohon) menjadi ungkapan syukur atas anugerah Tuhan yang masih menyelenggarakan kehidupan kita. Semoga, hasilnya dapat dikonsumsi sendiri atau untuk mereka yang lebih membutuhkan. Mari mulai belajar beradaptasi dengan situasi-situasi baru melalui cara-cara yang produktif dan mengembangkan solidaritas satu sama lain,” tutur Romo Dadang Pr, terhadap aksi berbagi ini.
Senada dengan Romo Dadang, Pr., Romo Maradiyo, Pr (Vikep Kevikepan DIY) menyampaikan pesan yang kurang lebih sama. “Bila panen ingat tetangga kanan kiri. Semoga kita semakin berani untuk berbagi berkat,” tulis Romo Vikep melalui Whatsapp.***