KOMSOS-GMK. Pada hari Jumat (19/4/2019), umat Gereja Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan merayakan Jumat Agung. Jumat Agung ini merupakan hari kedua dalam tri hari suci yang diawali dengan perayaan Kamis Putih sehari sebelumnya, yang dikenang sebagai perjamuan malam terakhir antara Yesus dan 12 muridNya sebelum wafat di kayu salib pada hari Jumat yang dikenang sebagai Hari Jumat Agung.
Dalam tradisi gereja Katolik, Jumat Agung dikenal sebagai hari berkabung untuk menghormati wafat Yesus di kayu salib. Namun sebelum wafat Yesus menerima perlakuan yang tidak manusiawi. Dia dipukul, disiksa, dicaci maki, diludahi, disuruh memanggul salib yang berat dan siksaan lainnya. Inilah penderitaan dan sengsaraNya. Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi hari untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus. Ada pasio untuk menggambarkan penderitaan Yesus.
Ibadah Jumat Agung dipimpin oleh Romo Lambertus Issri Purnomo Murtyanto, Pr. Dalam kotbahnya, Romo yang akrab dipanggil Romo Issri ini mengatakan bahwa sosok Yesus menjadi teladan Pemimpin sejati yang rela berkorban. Yesus merelakan hidup sepenuhnya demi umatNya. Sosok Yesus menjadi penentu kita. Hal paling mendasar yang terwujud dalam diri Yesus. Sekalipun semua orang mempunyai kecakapan atau kepandaian, tapi jika tidak memiliki sifat seperti Yesus maka sia-sia. Semangat yang diteladani dari Yesus adalah sosoknya sebagai Gembala Yang Baik. Dikisahkan, sosok Gembala Yang Baik adalah rela berkorban demi domba-dombaNya. Gembala Yang Baik akan menyerahkan nyawanya bagi domba-dombaNya. Yesus adalah sosok Pemimpin yang sejati, karena merelakan hidup sepenuhnya demi umatNya. Maka dalam Jumat Agung, dalam kisah sengsara ini kita berharap ditetapkan pemimpin yang bisa benar-benar mengupayakan sosok seperti Yesus, yang tidak menonjolkan egonya atau kelompoknya. Jumat Agung menginspirasi makna pengorbanan. Diharap pula dapat menginspirasi pemimpin di negeri ini untuk rela berkorban. Kita dapat menimba semangatNya bagaimana ia tabah menghadapi salib itu, bagaimana Ia mengampuni mereka yang menyalibkan dan menghina Dia. Siapapun kita yang dimintai membantu bisa menimba semangat yang sama dari Yesus, sehingga semangat pengorbananNya melingkupi kita. Yesus bersabda,
“Jika Aku melayani kamu, maka kamu juga harus melayani yang lain.”
Secara khusus dalam ibadat Jumat Agung umat menjalani upacara penciuman salib. Pada bagian ini umat maju satu persatu dengan cara berbaris dan mencium salib yang dipegang oleh misdinar. Ini adalah salah satu bagian penting dalam liturgi Jumat Agung yang dilakukan di seluruh dunia. Salib yang kita cium mempunyai makna korban sekaligus kemenangan.
Tak lupa lagu-lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara dari lingkungan Santo Paulus Tamansari turut membantu umat lebih khusyuk berdoa dan memaknai serta mendukung ibadat Jumat Agung ini.
Semoga dalam masa Tri Hari Suci ini kita bisa melanjutkan dalam doa-doa pribadi dan menghayati semangat Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Semangat dasar Yesus inilah yang harus kita terapkan di dalam kehidupan nyata, maka Gereja Katolik merasakan dan dirasakan sebagai tanda keselamatan bagi kita dan seluruh bangsa di dunia.