Untuk kesekian kalinya umat Paroki Marganingsih Kalasan harus mengantar seorang Romo untuk bertugas di tempat baru. Pada hari Minggu, 29 Juli 2018 para pengurus Dewan Paroki Marganingsih Kalasan beserta umat dari perwakilan wilayah ataupun paguyuban bersama-sama mengantar Romo Wignya menuju ke Paroki Boyolali.
Tepat pukul 09.40 WIB dua bus dan beberapa kendaraan pribadi melaju menuju Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali. Sambutan dari umat gereja Boyolali begitu hangat. Ramah tamah semakin cair dengan jamuan snack serta minuman, menjadi pelepas dahaga setelah perjalanan dari Kalasan hingga Boyolali.
Acara penyambutan Rama Wignya di dalam gereja. Bapak Petrus Sarijo memandu acara dari awal hingga selesai. Sambutan pertama disampaikan oleh Bapak Yoseph Cahyono selaku Wakil Ketua II DPMK mewakili rombongan dari Kalasan.
“Kedatangan, kami kesini untuk memastikan jika Rm Wignya benar-benar sampai di Boyolali dalam keadaan baik” ujar Bapak Yoseph disambut tawa umat yang hadir disana. Romo, Suster dan umat yang turut mengantar ingin memastika jika Romo yang sudah bertugas selama 3,5 tahun di gereja Kalasan telah sampai di Boyolali dengan selamat dan siap bertugas.
Tentang Romo Wignya
Lantas, romo Wignya memperkenalkan diri dihadapan seluruh tamu terkhusus bagi umat paroki Boyolali yang akan beliau layani. Romo yang terkenal akan keramamahan serta jenakanya ini lahir pada 6 Desember pada tahun 1972. Anak ke 4 dari 7 bersaudara. Saudaranya 5 laki-laki dan hanya 1 perempuan terlahir sebagai bungsu. Romo Wignya memulai tugasnya menjadi gembala sejak ditahbiskan pada 12 Juli 2000.
Pada kesempatan itu, Rm Wignya diantar oleh bapak, Matheus Tukidja Mudjapawiro dan simbok, Theopista Temu Mudjapawiro. Ada juga Yulianus Tugiyo (kakak sulung), keluarga Paulus Winarno (adik) dan keluarga MM Winarni (adik bungsu). Lima ponakan yang lucu-lucu juga ikut mengantar Rm Wignya sampai ke Boyolali.
Kemudia Widianto, wakil dari Boyolali memberikan sambutan sebagai ucapan selamat datang bagi rombongan dari Kalasan serta bagi Rm Wignya. Bapak Widianto menerangkan tentang kondisi Rm Subagio Atmodiharjo, Pr usai Paskah sakit dan masih dirawat di RS Elizabeth Semarang. Jadi kehadiran Rm Wignyo tentu menggembirakan umat, karena di Boyolali ada gereja Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Boyolali, Paroki Adm. Hati Kudus Tuhan Yesus Simo dan gereja Ampel yg sangat memerlukan pelayanan.
“Selama 5 bulan saya menjaga Rm. Bagio, sekarang giliran Rm Wignya akan menjaga saya.” kelakar Rm YB Rudi Hardono, Pr
Romo YB Rudi ternyata tak kalah jenaka dengan Rm Wignya. Rm kelahiran 4 Februari 1966 ini pernah selama 4 tahun bersama Rm Wignya bertugas di gereja Wates. Rm Rudi bercerita tentang kejadian saat gempa 2006. Rm Wignya mencatat rekor terbanyak memakamkan orang dalam sehari, dari pkl 09.00-18.00
Diterangkan bahwa umat Paroki Boyolali itu hanya 1900 orang, sedangkan di Paroki Adm. Simo ada 1200 orang. Lokasi geografis umat yang terpencar dengan jarak yang jauh dari satu ke yang lainnya agak menyulitkan pelayanan ke umat.
Dengan berseloroh, Rm Dadang menyatakan bahwa Rm Rudi dan Rm Wignya sama-sama mantan Kalasan. Dulu pernah bersama tugas di gereja Kalasan dan di Wates, sekarang bertemu lagi di Boyolali. “Seperti Teklek kecemplung kalen” ujar Romo Dadang saat memberikan sambutan. Semoga kerjasama antar kedua romo bisa berjalan dengan baik dan melayani umat di Boyolali dengan sepenuh hati.
Matahari telah beranjak semakin ke barat, jam sudah menunjukkan pukul 13. 40. Acara penyambutan romo baru di gereja Boyolali selesai. Tak lupa umat berfoto bersama dengan Romo Wignya, romo yang selama ini mendampingi umat Kalasan dengan hati gembira.
Selamat bertugas Romo Wignya, semoga tugas menjadi gembala di kota susu menjadi berkat dan kegembiraan bagi semua umat.
***
Sumber tulisan dan gambar:
Monica dan Is Susetyaningrum