Nama saya Mikael Gunawan. Saat ini, saya duduk di bangku kelas enam SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya selama mengikuti proses lomba Tutur Kitab Suci dalam ajang PESPARANI (Pesta Paduan Suara Gerejani) I Tingkat nasional di Ambon, 27 Oktober 2018 hingga 1 November 2018.
Pada awalnya, saya melihat pengumuman lomba di sekolah. Saya pun mendaftar. Selama perjalanan mengikuti babak penyisihan di Provinsi Daerah Istemewa Yogyakarta, saya didampingi oleh tante Theresia Helena. Bersama dengan beliau, saya mulai berlatih. Akhirnya, saya bisa tampil di Brayut dan meraih juara 1. Dan kebetulan juga, sahabat saya, Katharina Artanti Indria Larasati mendapat juara 2.
Kami pun menyiapkan diri untuk mengikuti PESPARANI tingkat nasional di Ambon. Selama mengikuti proses persiapan untuk mengikuti PESPARANI Nasional I di Ambon saya didampingi Rm. Florentinus Hartanto, Pr. Jujur saja, menurut saya, ini proses yang berat karena setiap dini hari saya harus bangun tidur, latihan vokal, belajar, dan berdoa terlebih. Selain itu, saya harus pantang makan coklat, es, mie instan, gorengan. Sebagai gantinya, saya wajib ngemil kencur.
Saya sempat bertanya pada diri sendiri, mengapa dan untuk apa saya mengikuti proses ini? Apa yang akan saya peroleh setelah mengikuti proses ini? Selama di Ambon pun kami masih diseleksi, siapa yang akan tampil mewakili Propinsi DIY.
Saya sempat berambisi agar saya yang tampil. Namun disela-sela kesibukan dan persiapan untuk bertanding, papa saya menelepon saya, begini; “Mika siapapun yang terpilih untuk mewakili kontingen dialah yang paling tepat untuk mewakili dalam acara ini. Kalaupun kamu tidak terpilih, Papa tidak akan kecewa dengan kamu. Kamu juga tidak boleh kecewa dengan dirimu sendiri karena kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Jikalau kamu terpilih janganlah sombong dan tetaplah dukung partnermu, namun jika kamu tidak terpilih kamu boleh marah tetapi hanya sebentar, lalu kembalilah mendukung partnermu.”
Beberapa waktu setelah papa menelepon saya, siapa yang akan mewakili Propinsi DIY diumumkan. Saya dipilih untuk Dan beberapa waktu kemudian Puji Tuhan saya yang terpilih sebagai perwakilan DIY. Tetapi, sebenarnya saya juga merasa berat ketika Arla tidak terpilih. Namun dia begitu hebat dalam mensupport dan mendampingi saya dalam masa kritis menghadapi lomba. Dan semua perjuangan tim saya terbayar dengan mendapatkan nilai gold walaupun tidak mendapatkan Champion, tapi saya meraih peringkat 3.
Untuk mendapatkan hasil ini juga bukanlah usaha saya pribadi namun juga teman, sekolah, bapak/ibu guru, lembaga dan semua orang yang mendukung saya.
Teman-teman dari pengalaman tadi saya dapat mengambil hal penting yaitu saya tidak boleh sombong, selalu rendah hati. Kita harus berusaha dengan keras, berjuang, dan yang terpenting selalu berdoa dan memohon rahmat pada Yang Maha Kuasa. Teman-teman, ayo! kita sebagai generasi penerus bangsa, Gereja, harus mengembangkan diri menjadi bermanfaat bagi sesama.***